PRONEWS|MANADO- Hari Raya Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili yang jatuh pada Rabu, 29 Januari 2025, menjadi perayaan sarat makna bagi umat Khonghucu, khususnya di Manado dan Sulawesi Utara.

Perayaan yang telah berlangsung lintas generasi ini tidak hanya menjadi refleksi spiritual tetapi juga memperkokoh kebersamaan di tengah keragaman budaya dan agama.

Tradisi Panjang Menyambut Tahun Baru

Sebagai hari raya keagamaan yang telah ditetapkan sebagai Hari Libur Nasional, perayaan Tahun Baru Imlek di Indonesia memiliki rangkaian ritual panjang yang dimulai sejak seminggu sebelum hari puncak hingga perayaan Cap Go Meh pada hari ke-15 setelah Imlek.

Sejak Rabu, 22 Januari 2025, umat Khonghucu memulai rangkaian persembahyangan Song Zhaojun Shang Tian atau sembahyang Malaikat Dapur yang naik ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa.

Ritual ini menjadi momentum berbagi kasih kepada sesama, terutama mereka yang kurang beruntung, dalam tradisi yang dikenal sebagai Ersi Sheng An atau Hari Persaudaraan.

Menjelang hari Imlek, tepatnya pada Selasa, 28 Januari 2025, umat melaksanakan sembahyang leluhur sebagai bentuk penghormatan dan bakti kepada keluarga yang telah tiada.

Malamnya, seluruh keluarga berkumpul untuk makan malam bersama, mempererat tali persaudaraan, serta menyelesaikan berbagai kesalahpahaman yang mungkin terjadi.

Tradisi ini juga diiringi dengan bunyi mercon dan kembang api sebagai simbol mengusir hal-hal buruk serta menyambut kebahagiaan di tahun baru.

Hari Imlek: Syukur, Silaturahmi, dan Kebajikan

Pada hari Imlek, Rabu, 29 Januari 2025, umat Khonghucu membuka rumah mereka untuk open house sebagai wujud rasa syukur.

Tradisi berbagi angpao pun menjadi momen penting, tidak hanya untuk anggota keluarga tetapi juga kepada mereka yang membutuhkan, sebagai simbol berbagi berkah.

Keesokan harinya, Kamis, 30 Januari 2025, umat melanjutkan ritual dengan persembahyangan Thau Ge atau Toapekong Dagang sebagai bentuk syukur dan doa agar rezeki melimpah sepanjang tahun.

Pada Jumat, 31 Januari 2025, umat menyambut kembalinya Malaikat Dapur dalam ritual yang dikenal sebagai Toapekong Turun.

Ritual ini dilanjutkan dengan Po Poe di Klenteng Ban Hing Kiong—klenteng tertua di Manado—sebagai persiapan upacara Cap Go Meh, puncak perayaan Tahun Baru Imlek.

Cap Go Meh: Puncak Sukacita dan Harmoni

Puncak perayaan Imlek berlangsung pada Rabu, 12 Februari 2025, melalui upacara Cap Go Meh atau Shang Yuan.

Tradisi ini diisi dengan sembahyang besar dan doa bersama, yang di Manado dikenal dengan istilah Pasiar Tapikong.

Ritual ini menjadi simbol kebersamaan, sukacita, dan penghormatan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Tema Imlek Nasional tahun ini, “Perilaku Lurus Pemimpin, Akan Meluruskan Hati Seluruh Rakyat,” mengajak umat untuk merenungkan pentingnya perilaku kebajikan dalam membangun harmoni sosial.

Perayaan Imlek 2576 di Manado menjadi momentum merawat tradisi, mempererat tali persaudaraan, serta memperkuat semangat keberagaman yang telah menjadi ciri khas masyarakat Sulawesi Utara selama ratusan tahun. (***)

Penulis: Wenshi (Ws) Sofyan Jimmy Yosadi, SH, Dewan Pakar Pengurus Pusat MATAKIN