Oleh: Prof. Ir. Kawilarang Warouw Alex Masengi, MSc., PhD.

KINILOW, PRONews5.com– Di bawah kabut tipis pagi hari yang menyelimuti lereng Gunung Lokon dan Mahawu, sebuah cerita lama menguar dalam aroma yang khas: kopi Kinilow. Lebih dari sekadar komoditas, kopi ini adalah warisan budaya, napas kehidupan, dan harapan masa depan warga Kelurahan Kinilow dan Kinilow Satu, Kota Tomohon, Sulawesi Utara.

Kopi Kinilow tengah mengalami kebangkitan. Di tengah derasnya arus modernisasi dan industri kopi global, komunitas lokal memilih untuk menjaga warisan leluhur melalui cara-cara yang lestari.

Kopi mereka bukan hasil pabrik, melainkan buah cinta, kesabaran, dan tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Petani lokal, kaum ibu yang mengolah biji, serta anak-anak muda Kinilow kini bersatu dalam gerakan menyelamatkan dan mengangkat kopi mereka ke panggung nasional – bahkan internasional.

Dengan semangat kolektif, mereka memulai dari hal paling sederhana: kembali ke kebun, belajar cupping, mengikuti pelatihan pengolahan pascapanen, dan membangun kedai-kedai kopi kecil di kampung halaman.

Di Kelurahan Kinilow dan Kinilow Satu, sejak era kolonial Belanda, kopi telah ditanam di tanah vulkanik yang subur.

Tradisi itu terus hidup hingga kini, menjadi denyut nadi masyarakat dari pagi hingga senja. Setiap bulan Juli dan Agustus – saat musim panen tiba – Kinilow beraroma lebih kuat dari biasanya.

Di tengah maraknya kopi instan dan bisnis waralaba, kopi Kinilow hadir sebagai pengingat: bahwa cita rasa sejati lahir dari tanah, kerja keras, dan nilai-nilai lokal yang dijaga. Kopi ini bukan sekadar produk, melainkan kisah tentang jati diri, ketahanan, dan cinta terhadap alam dan budaya.