Di era digital saat ini, media sosial dapat menjadi alat komunikasi yang kuat, tetapi juga bisa berubah menjadi senjata makan tuan jika digunakan tanpa pemikiran matang.
Rommy menjadi contoh bagaimana emosi sesaat dan keputusan gegabah dapat menghancurkan reputasi seseorang secara permanen di dunia maya.
“Di era digital, segala sesuatu yang diunggah ke media sosial dapat menyebar luas dalam hitungan detik. Hal ini menjadi pengingat bagi siapa pun bahwa perilaku yang tidak bijak di dunia maya dapat berdampak besar di dunia nyata,” ujar Melisa.
Kini, setelah kesepakatan damai tercapai, publik berharap agar insiden serupa tidak kembali terulang.
Dunia pendidikan membutuhkan suasana yang kondusif, di mana guru dihormati, orang tua bersikap bijak, dan komunikasi dapat terjalin tanpa konflik yang berujung pada pembantaian digital.
Kasus ini menjadi momentum untuk mengembalikan penghormatan terhadap profesi guru, yang selama ini menjadi pilar utama dalam membentuk karakter generasi muda.
Karena pada akhirnya, tanpa guru yang dihormati dan dihargai, tak ada generasi yang siap menghadapi masa depan.
[ARP/PN5]