MANADO, PRONews5.comDunia pers Sulawesi Utara kembali dihebohkan dengan ulah segelintir oknum wartawan yang terang-terangan mencatut nama Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) demi membela dua tokoh yang telah dipecat secara resmi dari jabatan struktural PWI Sulut—Voucke Lontaan dan Merson Simbolon.

Tak hanya memalukan, aksi mereka dinilai mencederai marwah profesi kewartawanan.

Informasi sesat itu disebar luas di berbagai platform, menggiring opini publik agar percaya bahwa Voucke dan Merson masih memegang kendali atas PWI Sulut.

Padahal faktanya, keduanya telah diberhentikan lewat SK Nomor 134-PGS/A/PP-PWI/II/2025 yang diteken langsung oleh Ketua Umum PWI Pusat, Zulmansyah Sekedang.

Plt Ketua PWI Sulut, Vanny Loupatty (Maemossa), menegaskan bahwa tidak ada dualisme dalam tubuh PWI Sulut.

Hanya ada satu kepengurusan sah yang telah ditetapkan pusat, dan ia siap melawan segala bentuk upaya pembusukan organisasi.

“Voucke Lontaan sudah resmi dipecat. Jangan termakan informasi menyesatkan. PWI Sulut hanya satu, yaitu yang saya pimpin,” tegas Maemossa, didampingi Plt Sekretaris Ardison Kalumata.

Maemossa memperingatkan bahwa penyebaran narasi palsu bisa berujung pada pencabutan keanggotaan jika oknum tersebut terus membangkang dan membuat gaduh.

“Kami beri kesempatan untuk kembali ke jalur yang benar. Tapi jika masih membangkang dan provokatif, keanggotaan mereka bisa dicabut total,” ujarnya tegas,” Minggu (6/4/2025).

Sebelumnya, Voucke dan Merson melakukan manuver liar dengan menggelar rapat virtual bersama 15 pengurus KSB, menolak SK PWI Pusat, dan menyebutnya sebagai “abal-abal”.

Tindakan ini disebut tidak hanya ilegal, tapi juga melawan konstitusi organisasi (AD/ART PWI).

Sumber internal PWI Pusat menyebut narasi liar tersebut digerakkan oleh oknum-oknum yang “pasang badan” demi mempertahankan pengaruh Voucke dan Merson.

Manuver itu dianggap sebagai bentuk pembangkangan terhadap otoritas organisasi serta pengkhianatan terhadap etika jurnalistik.

“Ini bukan sekadar manuver, tapi sudah mencoreng integritas wartawan Sulut secara keseluruhan,” ungkap sumber terpercaya dari PWI Pusat.

Kecaman pun datang dari berbagai kalangan, termasuk wartawan senior seperti Jhon Waluyan dari Bolmong Raya, yang menyatakan siap pasang badan mengawal SK resmi PWI Pusat.

“Kami tidak akan diam melihat organisasi dibajak oleh ambisi pribadi. SK PWI Pusat itu sah dan wajib dihormati,” tandas Waluyan.

Kini, PWI Sulut di bawah kepemimpinan Vanny Loupatty tengah melakukan konsolidasi besar-besaran untuk merapatkan barisan dan memastikan organisasi kembali ke jalur profesional.

Maemossa mengajak seluruh anggota agar tidak mudah terhasut dan segera memperbarui KTA sebagai bentuk loyalitas terhadap organisasi.

“Ini saatnya kita bersatu jaga marwah PWI. Jangan biarkan segelintir oknum mempermainkan organisasi yang kita cintai ini,” pungkasnya.

[**/VIC]