MINAHASA, PRONews5.com– Di tengah tenangnya gelombang Danau Tondano yang membentang megah di jantung Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, berdiri anggun sebuah pulau kecil bernama Likri.
Pulau yang dahulu sunyi dan terlupakan ini, kini bersiap menjemput takdir barunya: menjadi ikon pariwisata dunia dari tanah Minahasa.
Pulau Likri bukan sekadar daratan di tengah danau. Ia adalah narasi hidup dari sejarah geologis, kekayaan ekosistem, dan legenda cinta yang membekas dalam memori kolektif masyarakat Minahasa.
Menurut cerita turun-temurun, pulau ini terbentuk dari letusan Gunung Kaweng ribuan tahun silam.
Namun, masyarakat mengenalnya sebagai jejak dari sepasang kekasih yang menentang adat, menghilang ke dalam hutan, dan dari kisah mereka, Likri pun lahir.
“Pulau ini seperti lukisan alam yang dipahat oleh waktu dan cinta,” ujar salah satu tokoh adat Tou Tondano saat ditemui PRONews5.com.
Setelah sekian lama seolah dibekukan dalam keheningan, Pulau Likri kini menjadi bintang baru dalam peta investasi pariwisata nasional.
Dalam ajang North Sulawesi Investment Challenge (NSIC) 2024, proyek revitalisasi Pulau Likri terpilih sebagai satu dari tiga proyek unggulan, dengan nilai investasi fantastis mencapai Rp33 miliar.
Dalam presentasi bertajuk Likri, The Hidden Jewel of Tondano Lake, Sekretaris Daerah Minahasa, Lynda D. Wantania, memukau para juri dengan paparan yang tak hanya menampilkan potensi fisik, tetapi juga visi sosial, budaya, dan keberlanjutan ekologi pulau.
“Likri bukan hanya soal keindahan, tapi tentang bagaimana kita menyentuh kembali akar budaya dan memberi harapan baru bagi masyarakat,” tegas Wantania di hadapan dewan juri NSIC di Luwansa Hotel Manado, 18 Juli 2024.
Proyek ini masuk dalam kerangka pembangunan destinasi wisata unggulan sebagaimana tertuang dalam Perda Kabupaten Minahasa Nomor 2 Tahun 2023.
Dalam forum yang diinisiasi oleh Bank Indonesia Kantor Perwakilan Sulut dan Pemprov Sulut, proyek Pulau Likri bersaing ketat dengan dua proyek lain dari Kota Tomohon dan Kabupaten Bolaang Mongondow.
Pulau Likri menawarkan sesuatu yang tak bisa dibeli di kota-kota besar: ketenangan dan keterhubungan dengan alam.
Dikelilingi perbukitan hijau, udara yang segar, serta pepohonan rindang, pulau ini menjadi tempat sempurna untuk menyepi, merenung, dan menyatu dengan keindahan ciptaan Tuhan.
Pagi hari di Likri, kabut tipis menggantung di atas danau, dan suara bangau serta elang terdengar dari kejauhan.
Beberapa wisatawan lokal terlihat memancing di tepian atau duduk di gazebo bambu, menanti matahari tenggelam yang memantulkan cahaya emas di permukaan air.
Akses ke pulau pun sangat bersahabat. Hanya sekitar 300 meter dari daratan utama, wisatawan cukup membayar Rp20.000 untuk menyeberang dengan perahu kayu milik warga.
Salah satu nilai paling menonjol dari pengembangan Pulau Likri adalah keberpihakan terhadap masyarakat lokal. Dalam proyek ini, para nelayan, petani, dan ibu rumah tangga tidak lagi menjadi penonton pasif, melainkan penggerak utama dari perubahan.
“Kami ingin pengunjung bukan hanya melihat danau atau pulau, tapi juga merasakan keramahan orang Likri,” ujar Ny. Elfrida, pengelola perahu penyeberangan yang juga tokoh perempuan setempat.
Pemerintah daerah pun menggandeng Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian PUPR, serta KLHK dalam menguatkan legalitas dan keberlanjutan proyek.
Fokus utama saat ini termasuk pembangunan akses air bersih dan pengaturan ruang hidup bagi para nelayan tradisional.
Pulau Likri telah melangkah dari mitos menjadi harapan baru.
Keikutsertaannya dalam NSIC 2024 membuka jalan bagi promosi global dalam North Sulawesi Investment Forum (NSIF) yang akan datang.
Bersama proyek Danau Linow di Tomohon dan pengolahan sampah RDF dari Bolmong, Likri menjadi simbol optimisme baru dalam pembangunan Sulawesi Utara.
Kepala BI Sulut, Andry Prasmuko, menyebut bahwa pemilihan proyek ini bukan hanya berdasarkan nilai ekonomi, tetapi juga daya dorong terhadap kesejahteraan lokal dan penciptaan lapangan kerja.
“Kami mencari proyek yang bukan hanya besar nilainya, tetapi besar dampaknya,” tegas Prasmuko.
Hari ini, Pulau Likri berdiri di antara masa lalu yang penuh kisah dan masa depan yang penuh janji.
Ia bukan sekadar titik di peta, tetapi narasi menyentuh tentang bagaimana tanah, air, dan manusia bisa bergandengan untuk bangkit bersama.
“Kalau dulu orang hanya singgah di Danau Tondano, kelak mereka akan datang karena terpikat pada Likri,” ujar salah satu nelayan sambil menatap air danau yang tenang, seakan menyimpan doa-doa yang belum selesai.
📌 Fakta Singkat Pulau Likri
• Lokasi: Danau Tondano, Minahasa
• Akses: Perahu kayu ±5 menit dari daratan
• Luas: ±1 hektare
• Investasi 2024: Rp33 miliar
• Proyek Unggulan: NSIC 2024
• Kegiatan Wisata: Memancing, piknik, foto alam, wisata budaya
[**/IND]

