Salah satu nilai paling menonjol dari pengembangan Pulau Likri adalah keberpihakan terhadap masyarakat lokal. Dalam proyek ini, para nelayan, petani, dan ibu rumah tangga tidak lagi menjadi penonton pasif, melainkan penggerak utama dari perubahan.
“Kami ingin pengunjung bukan hanya melihat danau atau pulau, tapi juga merasakan keramahan orang Likri,” ujar Ny. Elfrida, pengelola perahu penyeberangan yang juga tokoh perempuan setempat.
Pemerintah daerah pun menggandeng Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian PUPR, serta KLHK dalam menguatkan legalitas dan keberlanjutan proyek.
Fokus utama saat ini termasuk pembangunan akses air bersih dan pengaturan ruang hidup bagi para nelayan tradisional.
Pulau Likri telah melangkah dari mitos menjadi harapan baru.
Keikutsertaannya dalam NSIC 2024 membuka jalan bagi promosi global dalam North Sulawesi Investment Forum (NSIF) yang akan datang.
Bersama proyek Danau Linow di Tomohon dan pengolahan sampah RDF dari Bolmong, Likri menjadi simbol optimisme baru dalam pembangunan Sulawesi Utara.
Kepala BI Sulut, Andry Prasmuko, menyebut bahwa pemilihan proyek ini bukan hanya berdasarkan nilai ekonomi, tetapi juga daya dorong terhadap kesejahteraan lokal dan penciptaan lapangan kerja.
“Kami mencari proyek yang bukan hanya besar nilainya, tetapi besar dampaknya,” tegas Prasmuko.
Hari ini, Pulau Likri berdiri di antara masa lalu yang penuh kisah dan masa depan yang penuh janji.
Ia bukan sekadar titik di peta, tetapi narasi menyentuh tentang bagaimana tanah, air, dan manusia bisa bergandengan untuk bangkit bersama.
“Kalau dulu orang hanya singgah di Danau Tondano, kelak mereka akan datang karena terpikat pada Likri,” ujar salah satu nelayan sambil menatap air danau yang tenang, seakan menyimpan doa-doa yang belum selesai.
📌 Fakta Singkat Pulau Likri
• Lokasi: Danau Tondano, Minahasa
• Akses: Perahu kayu ±5 menit dari daratan
• Luas: ±1 hektare
• Investasi 2024: Rp33 miliar
• Proyek Unggulan: NSIC 2024
• Kegiatan Wisata: Memancing, piknik, foto alam, wisata budaya
[**/IND]

