JAKARTA– Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto, menegaskan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan keluarganya, termasuk Gibran Rakabuming Raka dan Bobby Nasution, tidak lagi menjadi bagian dari partai berlambang kepala banteng.

Pernyataan ini disampaikan Hasto dalam konferensi pers di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Rabu (4/12).

“Saya tegaskan kembali bahwa Pak Jokowi dan keluarga sudah tidak lagi menjadi bagian dari PDI Perjuangan,” ujar Hasto menjawab pertanyaan media terkait status Jokowi di tengah keputusan pemecatan 27 kader partai.

Hasto mengungkapkan bahwa ketidaksejalan Jokowi dengan idealisme partai mulai tampak ketika Gibran mencalonkan diri melalui Mahkamah Konstitusi (MK) pada Pilpres lalu.

Ia juga menyinggung ambisi Jokowi yang dianggapnya melampaui batas.

“Pada Rapat Kerja Nasional kelima, kami telah menyampaikan permintaan maaf kepada rakyat Indonesia atas perubahan seorang pemimpin yang karena kekuasaannya melupakan cita-cita yang membentuknya,” lanjut Hasto.

Menanggapi pernyataan tersebut, Jokowi memilih untuk tidak memberikan jawaban detail terkait statusnya di PDIP.

Saat ditemui awak media di Solo, Kamis (5/12), ia hanya tersenyum dan berkata, “Ya berarti partainya perorangan.”

Pernyataan itu diulang Jokowi beberapa kali saat ditanya lebih lanjut mengenai peluang bergabung dengan partai lain, termasuk Golkar.

“Partainya partai perorangan,” ucap mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut sambil tersenyum.

Ketegangan antara Jokowi dan PDIP bukanlah hal baru.

Langkah politik Jokowi dan keluarganya, termasuk pencalonan Gibran sebagai Wakil Presiden, disebut-sebut menjadi penyebab utama retaknya hubungan ini.

PDIP tampaknya mengambil langkah tegas dengan memutuskan garis hubungan mereka dengan Jokowi, yang sebelumnya menjadi kader andalan partai.

Keputusan ini menjadi sorotan publik, mengingat peran besar Jokowi dalam sejarah politik PDIP dan Indonesia.

Sikap Jokowi yang tetap santai dan enggan berkomentar lebih jauh menunjukkan bahwa ia kini memilih untuk bergerak di jalur politik yang berbeda dari partai yang pernah membesarkan namanya.

[**/IND]