Kunjungan ke Indonesia menjadi saksi nyata bagaimana nilai-nilai tersebut diterjemahkan dalam tindakan: menyapa semua orang tanpa sekat, mendekatkan diri dengan sederhana, serta membawa pesan persaudaraan universal.

Bagi Indonesia, kehadiran Paus Fransiskus bukan hanya menjadi kebanggaan umat Katolik, tetapi juga memperkokoh persatuan dalam keberagaman.

Para tokoh lintas agama memandang kunjungan tersebut sebagai momentum untuk mempererat toleransi, saling menghormati, dan memperkuat jalinan kemanusiaan di tengah masyarakat majemuk.

Kini, seiring kepergiannya kembali ke rumah Bapa, warisan yang ditinggalkan Paus Fransiskus akan terus hidup: sebuah panggilan abadi untuk mengutamakan cinta kasih, kesederhanaan, dan keberanian moral.

“Beliau datang bukan hanya sebagai Kepala Gereja, tetapi sebagai seorang sahabat umat manusia,” ujar Wenny Lumentut, salah satu umat yang menghadiri Misa di GBK mengenang.

Duka mendalam atas wafatnya Paus Fransiskus turut dirasakan oleh rakyat Indonesia yang pernah merasakan langsung kehangatan, kerendahan hati, dan ketulusan cintanya.

Namun dalam duka, terbit pula harapan: bahwa pesan-pesan Paus akan terus menjadi obor penerang, membimbing umat manusia untuk membangun dunia yang lebih damai, adil, dan manusiawi.

[**/ARP]