MANADO|ProNews.id – Tantangan terbesar pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Utara dalam upaya untuk melestarikan satwa liar dan langka di daerah ini, justru adalah manusia, yang menjadi top predatornya.

Pernyataan mengejutkan ini, diungkapkan Kepala BKSDA Sulut Askhari Dg Maskkiki, saat jumpa pers kelahiran bayi Anoa kelima di Anoa Breading Centre (ABC) Manado, belum lama ini. Ia mengatakan, di Sulut tidak ada top predator, seperti di Sumatera ada harimau.

“Top predator itu malah manusia. Artinya pemangsa tingkat tinggi adalah manusia,” ujarnya.

Sebab, menurut Askhari, tantangan yang dihadapi adalah susah untuk menekan konsumsi satwa liar. Lanjut dia, pasokan satwa liar ke Sulut itu dari Kendari, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tengah.

“Bagaimana memutus mata rantai pasokan ini menjadi kerja kami lintas instansi,” tukasnya, sembari menambahkan, BKSDA Sulut akan terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat, guna menekan perburuan serta mengkonsumsi satwa liar dan langka, termasuk mengamankan satwa liar dan langka yang dipelihara oleh masyarakat.

Maskkiki menyebutkan, BKSDA adalah pemangku pengelola kawasan lindung, ada 13 kawasan, 8 di Sulut dan 5 di Gorontalo. Tugas pokok BKSDA, kata dia, adalah melakukan pengawasan peredaran tumbuhan dan satwa liar.

“Termasuk, mengawasi pelestarian satwa langka jenis anoa yang dilakukan oleh Balai Penerapan Standar Instrumen Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BPSILHK) Manado melalui ABC Manado,” imbuhnya.

Kabalai menambahkan, bahwa Anoa masuk dalam 25 jenis satwa yang perlu ditingkatkan populasinya, dan merupakan satwa prioritas. Itu sebabnya, dia mengapresiasi upaya yang dilakukan oleh BPSILHK Manado dalam pelestarian anoa dalam beberapa tahun terakhir ini.

Dikatakannya, tujuan akhir dari pelestarian anoa itu adalah pelepasliaran ke habitat asli mereka. “Dari 12 kebuntingan anoa di ABC Manado, 5 berhasil lahir hidup. Ada 5 yang lahir mati, dan 2 keguguran. Ini angka yang cukup baik, karena menambah populasi anoa,” ujar Askhari.

Menurut dia, jumlah populasi Anoa di dunia sekitar 2.500 ekor. “Jumlah ini terus menurun karena karena degradasi lingkungan dan perburuan. Padahal anoa satu-satunya satwa besar endemik Sulawesi,” bebernya.

[*/Rev]