MANADO, PRONews5.com — Hujan lebat disertai angin kencang dan ombak besar yang melanda wilayah pesisir Kota Manado, Sulawesi Utara, pada Senin (6/10/2025) lalu, membuka tabir dugaan permainan dalam proyek Malalayang Beach Walk (MBW) Tahap II.
Sejumlah batu pemecah ombak yang menjadi bagian penting dari proyek ini tampak bergeser dari posisinya setelah diterjang ombak.
“Bagaimana tidak bergeser, batunya kecil-kecil, bahkan ada yang sebesar kepalan tangan. Batu besar hanya sedikit,” ujar seorang warga yang ditemui di lokasi sambil menunjuk tumpukan batu kecil yang berserakan di bibir pantai.
Proyek MBW 2 merupakan penataan dan pembangunan kawasan wisata pantai Malalayang tahap kedua yang dikerjakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Sulawesi Utara, dengan anggaran sekitar Rp107 miliar bersumber dari APBN tahun 2023–2024.
Pekerjaan ini mencakup pembangunan kawasan kuliner, taman, pantai pasir putih, pusat kegiatan selam, area bermain anak, joging track, hingga wedding hall dan amfiteater terbuka.
Penataan tersebut ditujukan untuk mengembangkan Malalayang sebagai destinasi wisata bahari unggulan dan ikon baru Kota Manado.
Namun, kondisi lapangan pasca-badai menimbulkan tanda tanya besar tentang kualitas dan spesifikasi material yang digunakan, khususnya batu pemecah ombak (revetment) yang berfungsi melindungi kawasan dari abrasi dan hempasan gelombang.
Berdasarkan pantauan warga dan penggiat lingkungan, sebagian besar batu pelindung yang digunakan bukan batu berukuran besar dan berat seperti lazimnya konstruksi pelindung pantai.