MINAHASA, PRONews5.com – Kondisi pusat keramaian Kawangkoan, Minahasa, Sulawesi Utara, menuai keprihatinan serius dari berbagai pihak, termasuk dua mantan Camat Kawangkoan, Drs. Ferry Sendow dan Albert Jani Tulus, SH.

Mereka menyoroti keterbengkalauan penataan kawasan pertokoan dan fasilitas publik yang dinilai tidak mengalami perubahan signifikan, padahal Kawangkoan dikenal sebagai kota pariwisata kuliner.
“Sayang sekali.

Taman Kota Kawangkoan Tampak Terbelengkai (Foto. Ist/Dok)

Kenapa pusat pertokoan Kawangkoan ini tidak ditata, tidak ada perubahan selama ini. Padahal dikenal sebagai kota pariwisata kuliner,” ungkap Ferry Sendow dan Albert Jani Tulus senada, Sabtu (5/7/2025).

Keduanya prihatin dengan minimnya inovasi dan terkesannya kawasan ini dibiarkan apa adanya.

Terminal Terlantar, Parkir Semrawut, dan Lahan Eks Shopping Centre Tak Tergarap
Keprihatinan ini muncul lantaran beberapa fasilitas vital di Kawangkoan tidak dimanfaatkan secara maksimal.

Terminal Tipe B Kawangkoan, yang telah dihibahkan dari Pemerintah Kabupaten Minahasa ke Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, tampak tidak berfungsi optimal.

Angkutan penumpang antarkecamatan dan antarkota dibiarkan parkir di jalan umum, sementara hanya trayek Kawangkoan – Tomohon dan Kawangkoan – Manado yang masih mangkal di dalam terminal.

Meskipun retribusi parkir terus ditarik tanpa karcis oleh “petugas parkir” yang bukan pegawai Dinas Perhubungan Minahasa, kondisi di lapangan tetap tidak teratur.

Para petugas ini bahkan mengaku rutin menyetor kepada oknum Kepala Perparkiran setiap akhir pekan.

Selain itu, lahan eks shopping centre dan panggung acara, yang dibongkar sekitar tahun 2017 dan ditetapkan sebagai taman kota, kini hanya dipenuhi rerumputan liar.

Tidak ada tanda-tanda pemanfaatan atau pembangunan yang berarti.

Jejak Manis Mantan Camat dan Ironi Kondisi Sekarang Ferry Sendow, Camat Kawangkoan periode 1998-2000, dan Albert Jani Tulus, Camat Kawangkoan periode 2000-2003, teringat masa-masa ketika mereka berhasil menorehkan prestasi pembangunan di Kawangkoan.

Ferry Sendow sukses mengecor halaman Kantor Camat secara swadaya. Sementara Albert Jani Tulus, yang baru saja purnatugas pada 1 Juli 2025, berhasil membangun panggung permanen di pusat pertokoan yang dikenal sebagai Terung Paliusan Kawangkoan.

Kedua fasilitas publik ini dibangun murni dari swadaya masyarakat dan bantuan pihak ketiga, bukan dari APBD. Mereka menekankan bahwa saat itu, masyarakat sangat mendukung inovasi untuk kepentingan umum.

“Kalau ada inovasi untuk kepentingan umum, gampang. Camat hanya menggerakkan saja, masyarakat pasti mendukung,” ujar Ferry Sendow.

Senada, Albert Jani Tulus menambahkan, “Kunci suksesnya, peka mendengar aspirasi masyarakat dan melibatkan semua stakeholder, terutama BPD dan LPM serta para tokoh agama.”

Ia juga menekankan pentingnya rajin masuk ke warung kopi dan pasar untuk menyerap aspirasi.

Berbanding terbalik dengan cerita sukses para mantan camat, warga setempat mengeluhkan mandeknya pembangunan fasilitas publik dalam satu dekade terakhir, khususnya di pasar dan pusat pertokoan Kawangkoan.

“Dua camat terakhir, apa yang mereka sudah buat di Kawangkoan? Bahkan motor sampah yang disumbangkan Kawanua dari Papua sudah lama hilang, entah di mana,” keluh seorang warga.

Warga juga menyoroti ketiadaan kiat-kiat khusus dari Camat Kawangkoan saat ini, termasuk dalam proyek taman kota yang anggarannya sempat direfocusing akibat Covid-19 namun tak jelas kelanjutannya.

Mereka merasa bahwa camat-camat sekarang hanya melaksanakan tugas secara top down, tanpa adanya inisiatif bottom up.

“Faktanya, aspirasi masyarakat melalui musrenbang tidak pernah terwujud.

Kalaupun ada, hanya menggunakan dana desa dan dana kelurahan,” tambah warga lainnya, menggambarkan minimnya pembangunan berdasarkan kebutuhan masyarakat.

[**/ARP]