Meski terlihat kuno dengan seragam bergaya Renaisans berwarna merah, kuning, dan biru, Garda Swiss bukan sekadar penjaga seremonial. Mereka adalah personel terlatih yang siap mengorbankan nyawa demi keselamatan Paus dan Takhta Suci.

Pada Mei 2024, 34 rekrutan baru mengucapkan sumpah kesetiaan di Vatikan, berjanji untuk “mengorbankan hidupnya” demi melindungi Paus.

Setiap rekrutan mengangkat tiga jari ke langit sebagai simbol Tritunggal Mahakudus dalam ritual yang sarat makna historis.

Sejarah Garda Swiss lekat dengan momen heroik, termasuk dalam Peristiwa Penjarahan Roma tahun 1527, ketika 147 dari 189 anggota gugur melindungi Paus Clement VII. Kisah ini dikenang setiap 6 Mei dalam upacara pengambilan sumpah anggota baru di Basilika Santo Petrus.

Garda Swiss juga memiliki peran strategis selama masa sede vacante (takhta kosong), seperti saat ini pasca wafatnya Paus Fransiskus.

Mereka menjaga Dewan Kardinal Suci dan kompleks kepausan, termasuk Istana Apostolik dan Castel Gandolfo, serta mengawal Paus dalam perjalanan apostolik.

Di tengah ancaman terorisme global dan perkembangan teknologi seperti drone, Garda Swiss terus beradaptasi.

Kolaborasi erat dengan pemerintah Italia dan penggunaan sistem keamanan modern menjadi bagian dari strategi perlindungan Tahta Suci.