MANADO, PRONews5.com – Kapolres Minahasa Tenggara (Mitra) AKBP Handoko Sanjaya menuai kritik keras setelah dinilai enggan menyentuh kasus dugaan mafia solar di SPBU milik Bupati Mitra Ronald Kandoli.
Polisi hanya menangani perkara penganiayaan sopir truk, tanpa membongkar praktik penimbunan BBM subsidi yang diduga menjadi akar masalah kelangkaan solar di daerah tersebut.
Insiden penganiayaan terjadi di SPBU Desa Tombatu Tiga, Rabu malam (1/10/2025). Korban, Jeki Thongkotow, dipukul oleh Ronny Keintjem, sosok yang disebut warga sebagai pemain lama dalam bisnis solar.
Rekaman video pemukulan viral di media sosial, namun penanganan polisi dinilai publik hanya menyentuh tindak kekerasan, bukan jaringan mafia solar yang disebut-sebut menguasai distribusi di Mitra.
“Kapolres terkesan takut karena SPBU milik bupati. Kenapa hanya pelaku pemukul ditangkap, sementara jaringan solar diduga ditutupi?” ujar seorang sopir truk, Sabtu (4/10/2025).
Sejumlah warga Tombatu mengaku SPBU itu sejak lama menjadi pusat penimbunan solar subsidi.
Modusnya, mobil tangki kecil melakukan pengisian berulang (TAB) untuk menimbun BBM, yang kemudian disuplai ke tambang emas ilegal di Ratatotok.
Kapolres AKBP Handoko Sanjaya saat dikonfirmasi memilih bungkam. “Kalau bisa langsung ke Kasie Humas,” jawabnya singkat kepada wartawan.
Tokoh masyarakat setempat menilai Polda Sulut perlu turun tangan. “Kalau Polres tidak berani, biar Polda saja yang tangani. Mafia solar ini sudah bikin rakyat sengsara,” tegas salah satu tokoh Mitra.