PONTIANAK, PRONews5.com — Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat bersama PWI Kalimantan Barat (Kalbar) menggelar konsolidasi strategis di Tugu Khatulistiwa, Pontianak, pada Sabtu (27/4/2024), sebagai langkah nyata memperkuat sinergi dan integritas jurnalistik di tengah tantangan era digital.

Kegiatan konsolidasi ini dihadiri langsung oleh Wakil Sekretaris Jenderal PWI Pusat, Novrizon Burman, serta Direktur Komunikasi dan Humas PWI, Mercys Charles Loho. Keduanya disambut hangat jajaran pengurus PWI Kalbar setibanya di Bandara Supadio, Kubu Raya. Turut hadir tokoh senior PWI Kalbar sekaligus mantan Ketua DPRD Pontianak, Ali Hanafiah, yang memberikan dukungan moral terhadap upaya penguatan organisasi wartawan ini.

Pertemuan tersebut juga diikuti oleh para pengurus PWI dari berbagai kabupaten di Kalbar, termasuk Yohanes dan Anita dari Sintang, Sopian Koto dan Sanawiah dari Melawi, Abang Amrulah dari Kapuas Hulu, Riduan Isaka dari Mempawah, Alantitus dan Sagala dari Sanggau, serta Saepul yang mewakili wartawan di wilayah perbatasan Entikong. Konsolidasi ini bukan sekadar pertemuan formal, melainkan momen penting mempererat koordinasi dan mengukuhkan komitmen untuk menyajikan jurnalisme yang berkualitas, independen, dan berpihak pada kebenaran.

Selain kegiatan konsolidasi, rombongan juga melakukan kunjungan sejarah ke dua ikon budaya Pontianak, yakni Tugu Khatulistiwa dan Keraton Kadriyah. Di sela kunjungan, digelar pula diskusi terbuka mengenai tantangan profesi wartawan di era digital. Plt Ketua PWI Kalbar, Wawan Suwandi, menyatakan bahwa kegiatan ini menjadi wadah refleksi sekaligus penyusunan strategi menghadapi disrupsi informasi. Ia menekankan pentingnya membangun ekosistem media yang sehat dan berintegritas. “Wartawan bukan sekadar profesi, tapi panggilan jiwa. Mari kita berkarya dengan prinsip kebenaran dan keadilan,” tegasnya.

Dalam diskusi tersebut, Novrizon Burman mengingatkan pentingnya peningkatan kapasitas wartawan dalam menghadapi era teknologi informasi yang terus berubah. Ia menekankan bahwa adaptasi terhadap digitalisasi harus tetap berpijak pada etika jurnalistik. Sementara itu, Mercys Charles Loho menegaskan peran vital media sebagai penjaga demokrasi dan agen literasi publik. Ia menilai wartawan harus tetap menjadi garda terdepan dalam menyampaikan informasi yang akurat dan mencerahkan.

Isu-isu yang dibahas mencakup maraknya hoaks dan disinformasi, tantangan menjaga akurasi di tengah banjir informasi digital, serta upaya menemukan model bisnis media yang berkelanjutan di tengah tekanan ekonomi. Diskusi berlangsung kritis namun konstruktif, menandai keseriusan PWI dalam menghadapi berbagai dinamika jurnalisme modern.

PWI Kalimantan Barat menegaskan komitmennya untuk memperkuat jaringan antarwilayah, meningkatkan pelatihan bagi wartawan lokal, dan mendorong lahirnya karya jurnalistik yang berdampak positif bagi masyarakat. “Kami akan terus mendorong wartawan di 14 kabupaten/kota untuk menghasilkan karya yang bermutu,” tutup Wawan Suwandi penuh harap.

[**/ML]