MITRA, PRONews5.com– Insiden berdarah kembali mengguncang tambang emas Alason, Ratatotok, Kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra), Sulawesi Utara.
Kali ini, seorang warga bernama Fredo Tongkotow tewas dengan luka tembak di kepala, setelah memasuki area tambang yang dijaga ketat oleh aparat Brimob Polda Sulut, Senin (10/3/2025) dini hari.
Peristiwa ini menambah daftar panjang konflik di wilayah tambang Ratatotok, yang kerap diwarnai ketegangan antara aparat keamanan, pekerja tambang, dan kelompok bersenjata.
Masyarakat pun terpecah dalam menyikapi kejadian ini, sementara kepolisian berjanji akan mengusut tuntas kasus tersebut.
Menurut kesaksian warga, insiden bermula ketika sekelompok orang bersenjata rakitan dan membawa bom rakitan menyerang area tambang yang dijaga oleh aparat Brimob.
“Mereka menyerang dengan bom rakitan dan senjata rakitan,” ungkap seorang saksi mata yang enggan disebutkan namanya.
Aparat keamanan yang berjaga memberikan peringatan, namun kelompok tersebut tetap melancarkan aksinya.
Dalam situasi kacau itu, Fredo Tongkotow diduga berada di lokasi untuk mengambil karbon guna mengolah emas. Namun, ia justru terkena tembakan yang berakibat fatal.
“Korban masuk ke lokasi tambang tanpa menyadari bahwa ia sedang dibidik oleh oknum anggota Brimob yang berjaga,” ujar sumber lain.
Baku tembak pun tak terhindarkan. Aparat keamanan merespons dengan tembakan balasan terhadap kelompok penyerang.
Di tengah situasi mencekam, Fredo ditemukan tewas dengan luka tembak di kepala.
Dansat Brimob Polda Sulut, Kombes Pol Agung Anggoro, membenarkan adanya insiden penembakan dan memastikan bahwa penyelidikan sedang dilakukan.
“Kasus ini dalam pendalaman Satreskrim, termasuk uji balistik di RS Bhayangkara Manado,” tegasnya.
Namun, insiden ini menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat.
Sebagian warga mendukung tindakan aparat, mengingat area tambang kerap menjadi sasaran aksi kriminal bersenjata.
“Kalau kita yang diserang, pasti kita juga akan membela diri. Tapi tetap saja, harus jelas siapa yang ditembak,” ujar seorang warga yang ikut menyaksikan kejadian.
Di sisi lain, ada yang mempertanyakan prosedur penggunaan senjata terhadap warga sipil.
Sejumlah pihak mendesak kepolisian untuk meningkatkan patroli serta menindak tegas siapa pun yang membawa bom rakitan, senjata rakitan, dan senjata tajam di area tambang.
“Kalau niatnya bekerja, tidak mungkin bawa senjata tajam,” tegas seorang warga yang menyoroti aksi kelompok bersenjata di lokasi tersebut.
Insiden ini semakin menguak realitas suram di tambang Ratatotok.
Warga menyebut bahwa banyak kasus pencurian dan kekerasan terjadi di lokasi ini.
Bahkan, ada kelompok bertopeng “ninja” yang kerap melakukan perampokan, namun hingga kini keberadaan mereka masih menjadi misteri.
Di media sosial, perdebatan pun memanas. Banyak yang mempertanyakan bagaimana warga bisa memiliki bom rakitan, senjata tajam, dan senjata rakitan di lokasi tersebut.
“Kok bisa masyarakat sipil punya senjata seperti itu? Ada yang salah di sini,” tulis seorang netizen yang meragukan kontrol keamanan di area tambang.
Pertanyaan ini menjadi pekerjaan rumah bagi aparat keamanan. Yang jelas, tambang Ratatotok kini menjadi sorotan utama, baik dari segi hukum, keamanan, maupun dampak sosial yang ditimbulkannya.
[**/IND]