MINAHASA, PRONews5.comRuas Jalan Trans Sulawesi yang melintasi pesisir Desa Rerer Satu, Kecamatan Kombi, Minahasa, putus total pada Kamis sore (12/6/2025) sekitar pukul 15.30 WITA. Kerusakan parah terjadi setelah dinding gorong-gorong jebol akibat derasnya aliran air yang berasal dari luapan rawa dan hantaman gelombang laut. Akses jalan nasional itu kini lumpuh, tak bisa dilalui oleh kendaraan roda dua maupun roda empat.

Menurut keterangan aparat Polsek Kombi, hujan dengan intensitas tinggi mengguyur wilayah pesisir selama beberapa hari terakhir. Hal ini menyebabkan volume air di rawa-rawa sekitar meningkat drastis. Pada saat yang sama, air laut mengalami pasang tinggi sehingga saluran pembuangan menjadi tidak efektif.

Kondisi geografis kawasan pesisir yang berpasir turut memperparah kerentanan tanah terhadap gerusan air. Jalan selebar delapan meter amblas sepanjang lebih dari lima meter, menjadikan kerusakan ini salah satu yang terparah dalam lima tahun terakhir.

Namun, faktor alam bukan satu-satunya penyebab. Aparat menduga ada keterlibatan manusia yang mempercepat kerusakan. Beberapa warga dilaporkan membuka bibir gorong-gorong secara sengaja untuk mempercepat aliran air dari rawa ke laut demi menangkap ikan.

Celah buatan tersebut justru mempercepat rembesan air ke sela-sela struktur jalan. Ketika tekanan air meningkat, dinding gorong-gorong tidak mampu menahan beban dan akhirnya jebol, menyebabkan badan jalan ambruk.

Jalan Trans Sulawesi merupakan infrastruktur vital yang menghubungkan Provinsi Sulawesi Utara dengan Gorontalo, Sulawesi Tengah, hingga Sulawesi Selatan. Selain sebagai jalur logistik antarwilayah, ruas ini juga menjadi akses utama bagi sektor pariwisata.

Wisatawan lokal dan mancanegara kerap menggunakan jalan ini untuk menuju destinasi pantai eksotis di Minahasa dan Bolaang Mongondow.

Tidak sedikit pejabat pemerintah dan pelaku usaha juga melintasi jalur ini untuk urusan pekerjaan atau kepentingan pribadi. Kini, seluruh aktivitas tersebut terhenti.

Pemerintah setempat telah menutup total jalan di sekitar lokasi ambruk. Arus lalu lintas dialihkan melalui jalan desa dan jalur perkebunan, namun kondisi jalur alternatif tersebut tidak memadai untuk kendaraan besar.

Dinas Perhubungan Kabupaten Minahasa bekerja sama dengan pihak kepolisian masih melakukan pengaturan darurat guna mencegah kemacetan serta risiko kecelakaan.

Camat Kombi, Rinto Kumaat, menyebutkan bahwa kejadian ini adalah puncak dari akumulasi masalah infrastruktur dan perilaku masyarakat yang tidak sadar risiko.

Ia menyayangkan tidak adanya kontrol berkelanjutan terhadap aktivitas masyarakat di sekitar saluran air, yang dapat berdampak langsung pada fasilitas publik.

Ia juga mendesak Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara untuk segera mengirim tim teknis dan memulai pengerjaan darurat sebelum dampak ekonomi dan sosial semakin meluas.

Di tengah urgensi penanganan, masyarakat sekitar berharap tidak hanya dilakukan perbaikan fisik jalan, tetapi juga pembenahan sistem drainase dan edukasi publik. Tanpa langkah antisipatif yang berkelanjutan, kerusakan serupa akan terus terjadi setiap musim hujan tiba.

[**/ARP]