Dalam presentasi bertajuk Likri, The Hidden Jewel of Tondano Lake, Sekretaris Daerah Minahasa, Lynda D. Wantania, memukau para juri dengan paparan yang tak hanya menampilkan potensi fisik, tetapi juga visi sosial, budaya, dan keberlanjutan ekologi pulau.
“Likri bukan hanya soal keindahan, tapi tentang bagaimana kita menyentuh kembali akar budaya dan memberi harapan baru bagi masyarakat,” tegas Wantania di hadapan dewan juri NSIC di Luwansa Hotel Manado, 18 Juli 2024.
Proyek ini masuk dalam kerangka pembangunan destinasi wisata unggulan sebagaimana tertuang dalam Perda Kabupaten Minahasa Nomor 2 Tahun 2023.
Dalam forum yang diinisiasi oleh Bank Indonesia Kantor Perwakilan Sulut dan Pemprov Sulut, proyek Pulau Likri bersaing ketat dengan dua proyek lain dari Kota Tomohon dan Kabupaten Bolaang Mongondow.
Pulau Likri menawarkan sesuatu yang tak bisa dibeli di kota-kota besar: ketenangan dan keterhubungan dengan alam.
Dikelilingi perbukitan hijau, udara yang segar, serta pepohonan rindang, pulau ini menjadi tempat sempurna untuk menyepi, merenung, dan menyatu dengan keindahan ciptaan Tuhan.
Pagi hari di Likri, kabut tipis menggantung di atas danau, dan suara bangau serta elang terdengar dari kejauhan.
Beberapa wisatawan lokal terlihat memancing di tepian atau duduk di gazebo bambu, menanti matahari tenggelam yang memantulkan cahaya emas di permukaan air.
Akses ke pulau pun sangat bersahabat. Hanya sekitar 300 meter dari daratan utama, wisatawan cukup membayar Rp20.000 untuk menyeberang dengan perahu kayu milik warga.

