WT juga disebut sempat berganti identitas daring — dari Bjorka, SkyWave, ShinyHunter, hingga Opposite6890 — untuk mengelabui aparat. “Tujuannya agar sulit dilacak oleh penegak hukum,” jelas AKBP Fian Yunus.
Menurut polisi, WT melakukan penjualan data di forum gelap (dark forum) menggunakan mata uang kripto. “Setiap transaksi nilainya bisa mencapai puluhan juta rupiah,” ujar Fian Yunus.
Polisi masih mendalami apakah WT berkaitan dengan kebocoran data nasional yang pernah dilakukan Bjorka asli — termasuk data Presiden Joko Widodo, Luhut Binsar Pandjaitan, dan Mahfud MD. “Apakah dia Bjorka yang sama dengan 2020? Jawabannya mungkin,” kata Fian.
Menariknya, sumber internal menyebut identitas WT terbongkar karena transfer uang digital ke pacarnya, yang menimbulkan jejak transaksi mencurigakan. Dari situ polisi menelusuri keberadaan WT hingga berhasil membekuknya.
Namun pertanyaan publik belum terjawab:
Jika Wahyu Taha adalah Bjorka, mengapa akun Bjorka tetap hidup dan aktif?
Apakah hasil forensik digital akan membuktikan keterlibatan WT, atau ini hanya penangkapan bayangan dari sosok asli yang masih bersembunyi di balik layar?
Seorang analis keamanan siber dari Jakarta menyebut langkah aparat terlalu dini.
“Identitas di dunia siber mudah dikloning. Tanpa jejak IP dan bukti transaksi yang kuat, sulit menyebut seseorang sebagai Bjorka,” ujarnya.
Sementara itu, Polda Metro Jaya belum mempublikasikan hasil lengkap pemeriksaan digital forensik terhadap perangkat WT.
Namun satu hal pasti — di ruang gelap internet, Bjorka masih hidup, mengunggah sindiran, mengintai sistem, dan menertawakan negeri yang seolah selalu salah menangkap bayangannya sendiri.
[**/ARP]