“Perannya adalah menyamar sebagai Bjorka dan menggunakan akun @bjorkanesiaa untuk mempublikasikan data hasil retasan,” kata AKBP Reonald Simanjuntak, Kasubbid Penmas Bidhumas Polda Metro Jaya.

Polisi juga menyebut WT telah aktif di dark web sejak 2020, menjual data pribadi dan bertransaksi menggunakan cryptocurrency.


“Sekali menjual data bisa bernilai puluhan juta rupiah,” tambah AKBP Fian Yunus, Wakil Direktur Siber Polda Metro Jaya.

Barang bukti yang disita antara lain komputer, ponsel, dan sejumlah file digital berisi data nasabah. Namun publik belum melihat bukti kuat bahwa WT adalah Bjorka asli — sosok yang dikenal licin dan misterius.

Dilansir dari Detiknet, Sabtu (4/10/2025), tak lama setelah kabar penangkapan beredar, akun Instagram Bjorka justru mengunggah instastory baru.

Story itu menampilkan tangkapan layar berita penangkapan WT dengan tulisan sindiran: “Nice try, but wrong guy.”

Unggahan tersebut mempertebal keraguan publik bahwa polisi mungkin salah tangkap.
“Kalau Bjorka ditangkap, siapa yang update story barunya?” tulis akun @Opposisi6890.
“Kayaknya ini Bjorka gadungan, cuma buat pengalihan isu,” cuit @baratieee_.

Pendiri Ethical Hacker Indonesia Teguh Aprianto juga angkat suara:
“Yang ditangkap cuma bocah yang ngaku-ngaku Bjorka dan suka repost thread orang lain,” tulisnya di akun @secgron.

Dari penelusuran PRONews5.com, Wahyu Taha bukan sosok misterius seperti Bjorka yang dikenal internasional. Ia hanyalah pemuda Minahasa yang tak lulus SMK dan belajar dunia siber secara otodidak.

“Yang bersangkutan ini bukan ahli IT, hanya orang yang tidak lulus SMK.

Namun sehari-hari dia selalu mempelajari IT melalui komunitas dark web,” terang AKBP Herman Edco Wijaya Simbolon, Kasubdit IV Ditreskrimsus Polda Metro Jaya.