Kapten CPM Kurinci menjelaskan bahwa peristiwa berdarah ini dipicu oleh ketakutan dan kepanikan Kopda Basar saat mendengar tembakan peringatan.
Dalam kondisi tegang, tersangka memilih mengambil tindakan ekstrem dengan menghabisi ketiga anggota Polri yang tengah menjalankan tugas.
“Motif utamanya adalah reaksi panik atas kehadiran aparat dan tembakan peringatan yang dilepaskan di lokasi judi.
Tersangka merasa terancam dan membalas secara membabi buta,” ungkap Kurinci.
Rekonstruksi ini menjadi bagian dari upaya hukum untuk memastikan semua unsur pidana dipenuhi sebelum berkas perkara dilimpahkan ke persidangan militer.
Penyelidikan intensif terus dilakukan untuk mengungkap kemungkinan keterlibatan pihak lain dalam insiden ini, termasuk dugaan apakah Kopda Basar bertindak sendiri atau mendapat dorongan dari aktor-aktor lain di balik aktivitas perjudian tersebut.
“Kami tidak berhenti hanya pada tersangka ini saja. Kegiatan ilegal seperti perjudian sabung ayam yang menjadi latar belakang peristiwa ini juga dalam fokus investigasi,” tegas Kurinci.
Penembakan ini mengguncang institusi Polri dan TNI, memunculkan keprihatinan mendalam terhadap kerjasama penegakan hukum di lapangan, terutama dalam konteks penanganan aktivitas ilegal yang melibatkan masyarakat umum.
Masyarakat Lampung pun menyerukan penertiban tegas terhadap praktik perjudian yang kerap kali berujung pada kekerasan. Sementara itu, pihak keluarga korban meminta keadilan ditegakkan tanpa kompromi.
Kasus ini menjadi pelajaran pahit tentang pentingnya pengelolaan operasi penggerebekan secara lebih terencana, serta perlunya kontrol ketat terhadap akses senjata api di kalangan aparat militer yang terlibat dalam aktivitas sipil.
Proses hukum terhadap Kopda Basar diharapkan menjadi pintu masuk pembenahan serius dalam pencegahan kejadian serupa ke depan.
[**/VIC]