JAKARTA, PRONews5.com– Film animasi ‘Jumbo’ mencetak sejarah dengan menembus angka 10 juta penonton per 30 Mei 2025. Capaian ini menjadikan ‘Jumbo’ sebagai film Indonesia kedua sepanjang masa yang berhasil meraih angka tersebut, menyusul ‘KKN di Desa Penari’.

Kabar gembira itu diumumkan langsung melalui akun media sosial resmi film ‘Jumbo’. “Satu kisah sederhana yang dirayakan oleh lebih dari 10.000.000 hati,” tulis akun Instagram @jumbo.movie, Jumat (30/5/2025), disertai poster pencapaian penonton.

Disutradarai oleh Ryan Adriandhy, ‘Jumbo’ terus menarik penonton sejak tayang perdana di bioskop pada 31 Maret 2025.

Berdasarkan data platform pemantauan film Cinepoint, perolehan penonton ‘Jumbo’ kini hanya terpaut 51.180 penonton dari rekor ‘KKN di Desa Penari’ yang mengumpulkan 10.061.033 penonton.

Peluang ‘Jumbo’ untuk menjadi film Indonesia terlaris sepanjang masa pun terbuka lebar, mengingat film ini masih tayang di sejumlah bioskop dan terus mendapatkan respons positif dari penonton lintas usia.

‘Jumbo’ berkisah tentang Don, seorang anak yatim piatu yang kerap menjadi korban perundungan.

Dalam kesehariannya, ia hanya memiliki dua sahabat sejati: Mae dan Nurman. Petualangan mereka dimulai saat Don bertekad ingin tampil di dunia dongeng miliknya sendiri.

Perjalanan itu membawa mereka bertemu Meri, hantu kecil yang berjuang menyelamatkan kedua orang tuanya. Dalam alur cerita penuh magis dan nilai persahabatan, Meri dan Don bersepakat saling membantu: Meri akan menolong Don tampil, dengan syarat Don dan kawan-kawan membantu menyelamatkan orang tua Meri.

Film ini menghadirkan pengisi suara papan atas, di antaranya: Prince Poetiray sebagai Don, Ariel NOAH sebagai Ayah Don, Bunga Citra Lestari sebagai Ibu Don, Quinn Salman sebagai Meri, Graciella Abigail sebagai Mae, Angga Yunanda sebagai Acil, Cinta Laura Kiehl sebagai Ibu Meri dan Kiki Narendra sebagai Pak Rusli.

Prestasi ini menjadi tonggak penting bagi Visinema Studios selaku rumah produksi. ‘Jumbo’ bukan hanya menandai debut penyutradaraan Ryan Adriandhy, tetapi juga mengangkat standar film animasi lokal di tengah dominasi film live-action.