Jenazah para korban telah dievakuasi ke Puskesmas Motolohu, Kabupaten Pohuwato, untuk penanganan lebih lanjut.
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Lukman F. Laisa, menyampaikan bahwa pesawat PK-SMH mengalami kecelakaan ketika cuaca dalam kondisi berawan.
“Pesawat mengalami ‘lost contact’ pada pukul 07:22 WITA dan ditemukan hancur total di sekitar rawa-rawa sebelum runway 27 Bandara Panua, Pohuwato,” ungkapnya.
Lukman menambahkan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk melakukan investigasi lebih lanjut terkait penyebab kecelakaan.
“Kami sangat berduka atas insiden ini. Doa dan simpati kami sampaikan kepada keluarga korban yang ditinggalkan,” kata Lukman dalam pernyataan resmi.
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara bersama dengan KNKT dan stakeholder terkait akan segera melakukan penyelidikan menyeluruh untuk mengungkap penyebab pasti kecelakaan ini.
“Investigasi ini sangat penting guna memastikan langkah-langkah pencegahan untuk meningkatkan keselamatan penerbangan ke depan,” tambah Lukman.
Kecelakaan pesawat perintis ini menambah daftar panjang insiden penerbangan di Indonesia, yang kembali menjadi peringatan tentang pentingnya menjaga keselamatan dalam industri penerbangan, terutama untuk rute-rute perintis di daerah terpencil.
Insiden tragis ini telah mengejutkan banyak pihak, termasuk keluarga korban dan masyarakat Gorontalo.
Proses investigasi diharapkan dapat segera memberikan hasil yang jelas, serta menjadi bahan evaluasi penting bagi industri penerbangan nasional.
[**/IND]