TOMOHON- Tomohon International Flower Festival (TIFF) 2024 di bawah kepemimpinan Walikota Caroll J.A Senduk mendapat sorotan tajam dari berbagai kalangan.
Keputusan Kota Tomohon untuk tidak ikut serta dalam parade kendaraan hias pada Tournament of Flowers (ToF) 2024 menjadi kejutan besar dan menimbulkan perdebatan terkait kualitas penyelenggaraan acara tahun ini dibandingkan dengan periode pemerintahan sebelumnya.
ToF, yang selama ini menjadi pusat perhatian TIFF dan ajang promosi utama pariwisata Tomohon sebagai Kota Bunga, tampaknya kehilangan daya tariknya.
Di masa lalu, parade kendaraan hias selalu menjadi momen yang dinantikan, menampilkan keindahan bunga dan kreativitas masyarakat.
Namun, pada tahun ini, tidak ada satu pun float yang mewakili Kota Tomohon dalam parade tersebut, sebuah keputusan yang menimbulkan pertanyaan besar di kalangan masyarakat.
Beberapa Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Kota Tomohon serta sejumlah warga menyuarakan kekecewaan mereka.
“Ini pertama kali dalam sejarah TIFF, Tomohon tidak menampilkan float.
Entah apa alasannya,” ungkap seorang ASN yang meminta identitasnya tidak dipublikasikan.
Kritikan semakin tajam ketika sejumlah masyarakat menyoroti persiapan acara yang dianggap tidak maksimal, dengan Kota Tomohon yang justru dipenuhi baliho plastik di sepanjang jalan raya, yang bertuliskan “TIFF” alih-alih bunga-bunga yang seharusnya menjadi ciri khas kota.
“Bukan bunga yang diunggulkan, tapi plastik. Jadi seharusnya ini disebut Kota Plastik, bukan Kota Bunga lagi,” keluh mereka dengan nada kecewa.
Absennya Kota Tomohon dalam parade ToF memunculkan spekulasi di kalangan masyarakat, terutama mengingat peran penting ToF dalam mempromosikan pariwisata lokal.
Hingga berita ini diturunkan, Walikota Tomohon Caroll Senduk melalui Kepala Dinas Pariwisata Kota Tomohon, Judhisthira Siwu, belum memberikan penjelasan resmi terkait keputusan tersebut.
Usaha konfirmasi melalui telepon dan pesan WhatsApp pada Minggu malam (11/8/2024) juga tidak mendapatkan tanggapan.
Di sisi lain, sejumlah instansi dan daerah lain tetap berpartisipasi dalam ToF dengan menampilkan float mereka, termasuk Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Bank Indonesia, serta beberapa kabupaten dan kota di Sulawesi Utara.
Namun, ketidakhadiran float dari Kota Tomohon menjadi catatan tersendiri, terutama di tengah harapan bahwa TIFF 2024 dapat kembali mengukuhkan Tomohon sebagai destinasi wisata unggulan.
Dengan absennya Kota Tomohon dalam parade utama ini, muncul pertanyaan yang tak terhindarkan: Apa yang sebenarnya terjadi di balik persiapan TIFF 2024?
Bagaimana hal ini akan mempengaruhi citra Tomohon di mata wisatawan dan masyarakat luas?
Keputusan ini menjadi peringatan serius bagi para pemangku kebijakan untuk mempertimbangkan kembali strategi dalam mempromosikan pariwisata di kota yang telah lama dikenal sebagai Kota Bunga ini.
Sejumlah tokoh masyarakat Tomohon, seperti Josis Ngantung dan Andries Sombah, berharap di pemerintahan berikutnya, siapapun Walikota yang akan terpilih dalam Pilkada 2024, akan mampu merubah konsep TIFF menjadi lebih terencana, lebih meriah, dan lebih mendunia.
“Persiapannya harus matang dan jangan asal jadi. Lebih dari itu, TIFF harus dirasakan oleh seluruh masyarakat Tomohon, jangan hanya dinikmati oleh segelintir oknum saja,” ujar mereka dengan penuh harap.
[**/ARP]