Oleh: Vanny Loupatty

MANADO, PRONews5.comAkhir Agustus 2025, panggung Kongres Persatuan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) bergemuruh. Intrik, kalkulasi, hingga manuver politik berdenyut di ruang sidang dan lobi hotel. Namun di tengah hiruk-pikuk itu, tampil satu jurus tak biasa—lembut, anggun, namun mematikan: “Tai-Chi ala Cak Zulmansyah Sekedang.”

Mundur selangkah, menyerap kekuatan lawan, lalu melepaskannya kembali dengan arah berbeda. Itulah strategi Zulmansyah Sekedang, wartawan visioner asal Aceh, kelahiran 2 Juli 1972.

Ia memilih jalan harmoni, bukan konfrontasi. Bukan hantaman keras, melainkan olah energi menenangkan, demi menjaga keutuhan Persatuan PWI yang sempat tercabik-cabik.

Seperti Neymar di Lapangan Hijau

Zulmansyah—akrab disapa Cak Zul—tak asing dengan dinamika keras politik organisasi pers. Ia pernah terpilih sebagai Ketua Umum PWI versi Kongres Luar Biasa (KLB), memimpin konsolidasi Plt PWI daerah untuk melawan dominasi kelompok yang dianggap rakus.

Namun kali ini, Cak Zul membuat kejutan. Alih-alih kembali bertarung memperebutkan kursi ketua umum, ia justru mendorong Akhmad Munir, Dirut LKBN Antara, untuk menjadi Ketum PWI 2025–2030.

Manuver itu mirip permainan Neymar di lapangan hijau—meliuk, mengelak, mengoper, lalu menutup dengan gol brilian. Endingnya fantastis, bahkan di luar nalar banyak pihak: sebuah kemenangan tanpa pihak kalah.

Ilmu Tua, Jalan Damai

Keputusan Zulmansyah bisa dibaca sebagai adaptasi ilmu tua: Tai-Chi. Sebuah seni bela diri yang mengajarkan kelembutan menghadapi serangan keras. Menyerap energi lawan, lalu melepaskannya kembali tanpa melukai.

Dalam konteks kongres, Tai-Chi ala Cak Zul berarti memilih jalan tengah. Ia menolak pertarungan frontal.

Sebaliknya, ia merangkul semua kekuatan demi organisasi pers yang sehat, santun, bermartabat, dan berwibawa.

Mundur bukan berarti kalah. Dalam filosofi Tai-Chi, mundur selangkah justru bisa berarti kemenangan seribu langkah.

Duet Baru: Munir – Zulmansyah

Selepas kongres, Zulmansyah tetap hangat. Di sebuah kedai kopi sederhana dekat Terminal Juanda, ia sempat berseloroh kepada rekan-rekan PWI:

“Maemossa, kalau saya dilantik jadi Sekjen, PWI Sulut harus diatur biar semua akur-akur yaa,” katanya, disambut tawa renyah seisi meja.

Candaan itu terbukti serius. Sabtu, 4 Oktober 2025, Akhmad Munir resmi dilantik sebagai Ketum PWI periode 2025–2030, dengan Zulmansyah Sekedang mendampinginya sebagai Sekretaris Jenderal.

Sebuah duet yang digadang akan membawa PWI ke arah baru: lebih inklusif, lebih arif, lebih santun.

Epilog: Tai-Chi Sebagai Jalan Persatuan

Manuver Zulmansyah di Kongres Persatuan PWI 2025 menjadi pelajaran politik kewartawanan yang jarang ditemui. Ia bisa saja maju kembali, memaksa pertarungan sengit.

Namun ia memilih sebaliknya—menyerahkan panggung utama pada sosok lain, sembari memainkan peran strategis di balik layar.

Itulah Tai-Chi. Itulah seni memimpin tanpa harus selalu berada di depan. Dalam dunia pers yang keras dan penuh intrik, kelembutan justru mampu melahirkan kemenangan yang lebih elegan.

Kini, panggung besar PWI menanti duet Munir–Zulmansyah menampilkan jurus-jurus berikutnya.

Penulis Adalah: Wartawan Senior Sulut, Plt Ketua PWI Sulut