KAWANGKOAN|ProNews.id – Sebuah tulisan tentang dua kakak beradik fotografer jurnalistik bersejarah asal Kawangkoan (Minahasa), Alex dan Frans Mendur, yang terasa dilupakan atau terlupakan ditengah momen peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-78 Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) tahun 2023 ini.
Tulisan dari seorang warga sesama Kawangkoan -yang mewakili ribuan atau lebih penduduk setempat plus insan pers dan kaum pecinta fotografi-, yang layak diangkat dan dipublikasikan ke publik, untuk mengingatkan dan menarik kepedulian bersama terhadap kondisi terkini Monumen Mendur Bersaudara yang cukup memprihatinkan.
“Teman-teman wartawan dan orang Kawangkoan pasti bangga dengan keberanian kakak-beradik Alexius Impurung Mendur (lahir di Kawangkoan pada 7 November 1907) dan Frans Soemarto Mendur (lahir di Kawangkoan pada 16 April 1913) mengabadikan detik-detik Pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Ir Soekarno didampingi Mohammad Hatta dan upacara menaikkan Bendera Merah Putih di Jalan Pegangsaan Timur No 56 Jakarta pada 17 Agustus 1945 lalu,” tutur sang penulis, Tenni Marhaendrik Assa mengawali tulisannya.
Lanjut dia, bahkan keduanya rela mempertaruhkan nyawanya, karena setelah pembacaan teks Proklamasi keduanya dikejar-kejar oleh tentara Jepang untuk mengambil kamera dan foto negatif.
Tapi, keduanya mampu menyembunyikan hasil karya jurnalistik mereka, sehingga sampai saat ini foto-foto hasil jepretan Tou Kawangkoan ini mengisi lembaran sejarah bangsa Indonesia dan menjadi bukti otentik bahwa Indonesia benar-benar Merdeka.
Tapi, ungkap Tenni, sungguh sangat miris. Kemeriahan perayaan HUT ke 78 Kemerdekaan tahun 2023 ini, baik di Kawangkoan Raya, Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara apalagi Indonesia, tidak berbanding lurus dengan kondisi Monumen Alex dan Frans Mendur yang terletak di Kelurahan Talikuran Kecamatan Kawangkoan Utara.
Disebutkannya, dari foto yang dibagikan Piere Mendur, patung Alex dan Frans Mendur tampak kusam bahkan terlihat kotor.
Apalagi pernak-pernik warna merah-putih yang menghiasi panggung tempat inspektur upacara berdiri, kemegahan kantor-kantor, jalan, lorong, dan lain-lain hasil perjuangan para pejuang termasuk Alex dan Frans Mendur.
Ia membayangkan, mungkin saat mengabadikan peristiwa pada 78 tahun yang lalu, tidak terpikirkan oleh Alex dan Frans Mendur foto mereka akan mencatat sejarah besar.
Bahkan mungkin juga, mereka tidak ingin mendapat penghormatan dan penghargaan.
“Tapi, bagi kita yang hidup di alam kemerdekaan apalagi lagi mereka yang menikmati hasil kemerdekaan itu, selayaknya memberikan penghormatan, penghargaan dan perhatian bagi para pejuang bangsa,” beber Assa.
Tapi, mungkin mereka dilupakan atau terlupakan, karena semuanya disibukkan dengan mempersiapkan seremoni kemeriahan dan kemegahan acara.
“Marilah kita menjadi generasi JASMERAH (Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah) kata Soekarno,” tambahnya.
Karena, lanjut dia, tanpa Alex dan Frans Mendur serta para pahlawan bangsa, kita tidak mungkin berdiri di alam kemerdekaan saat ini.
“Merdeka…!!! Terima kasih buat keluarga (Piere Mendur) yang sudah membagikan foto-foto ini,” tutup tokoh agama berlatar berlakang jurnalis senior ini.
[*]