MANADO– Pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Utara terpilih, Yulius Selvanus Komaling (YSK) dan Victor Mailangkay (VM), menyampaikan belasungkawa mendalam atas wafatnya Prof Dr Emilia Augustina Pangalila Ratulangie.

Putri Pahlawan Nasional Indonesia, Dr GSSJ Ratulangi (Sam Ratulangi), itu tutup usia pada Sabtu, 15 Februari 2025, pukul 12.00 waktu Belanda, di Kota Soest (Soestdijk), Utrecht, Belanda. Almarhumah berpulang dalam usia 102 tahun 6 bulan 23 hari.

YSK dan VM menyatakan duka yang mendalam serta penghormatan atas jejak hidup Prof Emilia yang sarat makna bagi bangsa Indonesia.

“Sebagai pribadi dan keluarga, ijinkan kami menyampaikan turut berbelasungkawa.

Sebagai anak bangsa, kami menyatakan penghormatan dan rasa bangga atas jasa serta sumbangsih Ibunda bagi pertiwi.

Tuhan Yesus kiranya menghiburkan senantiasa,” ungkap YSK yang didampingi oleh Victor Mailangkay.

Prof Emilia bukan hanya seorang putri pahlawan, tetapi juga sosok perempuan luar biasa yang berperan besar dalam sejarah Indonesia.

Sejarawan Minahasa, Bode Grey Talumewo, dalam unggahannya di Instagram, mengungkapkan bahwa Prof Emilia merupakan perempuan termuda pertama yang menjadi anggota DPR RI, yang saat itu masih bernama Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), ketika Indonesia baru merdeka.

Hebatnya, kala itu Prof Emilia masih berstatus sebagai mahasiswi di Ika Daigaku (Sekolah Kedokteran) yang kemudian menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Kiprahnya dalam dunia politik menjadi simbol bahwa perempuan Indonesia memiliki peran strategis dalam membangun negara sejak awal kemerdekaan.

Dalam bidang akademik dan medis, Prof Emilia meraih gelar doktor psikiatri dari Universitas Amsterdam pada tahun 1962.

Ia kemudian menorehkan sejarah dengan menjabat sebagai Kepala Bagian Anak di Gementelijke Universiteit Amsterdam serta Kepala Bagian Epilepsie Centrum Koningin Emma Instituut di Belanda.

Sebagai seorang dokter spesialis kejiwaan, Prof Emilia mendedikasikan hidupnya untuk penelitian dan pengobatan di bidang penyakit jiwa dan saraf.

Kepeduliannya terhadap kesehatan masyarakat menjadikannya sosok yang dihormati, baik di Indonesia maupun di Belanda.

Dalam kehidupan pribadinya, Prof Emilia menikah dengan Willem Marthen Pangailia pada tahun 1954, membangun keluarga dengan tetap mengabdi kepada ilmu pengetahuan dan kemanusiaan.

Kepergian Prof Emilia Augustina Pangalila Ratulangie menjadi duka mendalam bagi keluarga besar Sulawesi Utara, serta seluruh rakyat Indonesia.

Sosoknya yang visioner, cerdas, dan berdedikasi tinggi akan selalu dikenang sebagai perempuan Minahasa yang membawa nama Indonesia ke panggung dunia.

Di tengah duka ini, penghormatan dari YSK dan VM mencerminkan bagaimana masyarakat Sulawesi Utara, khususnya Minahasa, sangat menghargai warisan perjuangan keluarga besar Sam Ratulangi.

Selamat jalan, Prof Emilia. Jejak baktimu akan terus hidup dalam sejarah bangsa ini.

[**/ARP]