MANADO, PRONews5.com – Banjir yang melanda kawasan sekitar Danau Tondano sejak April hingga Mei 2025 dinilai bukan sekadar bencana musiman. Tokoh nasional asal Sulawesi Utara, Irjen Pol (Purn.) Dr. Ronny Franky Sompie, menyebut peristiwa ini sebagai bukti nyata kegagalan kolektif dalam menjaga ekosistem dan kebersihan lingkungan.

Luapan danau yang merendam lebih dari seribu rumah disebutnya sebagai bom waktu ekologis yang dapat menjalar hingga ke Kota Manado.

Dalam wawancara khusus bersama PRONews5.com pada Selasa, 15 Juli 2025, Ronny Sompie menyatakan keprihatinan mendalam terhadap banjir yang terus berulang tanpa penanganan menyeluruh.

Ia menilai, bencana ini seharusnya bisa dicegah jika masyarakat dan pemerintah daerah memiliki kesadaran bersama dalam menjaga lingkungan, menata sistem drainase, dan mengelola aliran sungai serta danau secara berkelanjutan.

Menurutnya, banjir di Tondano dipicu oleh penumpukan sampah, sedimentasi yang dibiarkan bertahun-tahun tanpa pengerukan, serta tersumbatnya satu-satunya jalur keluar air di pintu air Desa Tonsea Lama.

Padahal, Danau Tondano menerima aliran dari sedikitnya 35 sungai besar dan kecil yang bermuara ke badan danau.

“Kalau daerah hulu seperti Tondano yang berada di dataran tinggi saja sudah tenggelam, maka kawasan rendah seperti Kota Manado berpotensi menjadi korban berikutnya. Ini alarm ekologis yang tak boleh diabaikan,” tegas mantan Kadiv Humas Mabes Polri dan Kapolda Bali itu.

Sebagai solusi mendasar, Ronny menyerukan kebangkitan kembali budaya Mapalus, atau gotong royong khas Sulawesi Utara, sebagai gerakan kolektif menjaga lingkungan.

Ia mengajak masyarakat untuk membersihkan rumah, drainase lingkungan, pasar, sekolah, kantor, hingga tempat ibadah secara rutin dan mandiri. Menurutnya, pengelolaan sampah tidak bisa sepenuhnya dibebankan kepada pemerintah.

“Kalau bukan torang yang jaga ini tanah, siapa lagi?” ujarnya.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Minahasa mencatat bahwa banjir akibat luapan Danau Tondano terjadi sejak 21 April hingga akhir Mei 2025.

Sedikitnya 1.096 rumah terdampak di lima kecamatan, dengan air yang tidak kunjung surut selama lebih dari sebulan.

Wilayah terdampak meliputi Desa Tounelet, Paslaten, Kaweng, dan Toulimembet di Kecamatan Kakas; Talikuran, Timu, Leleko, Sendangan, Paslaten, dan Parepei di Remboken; Kelurahan Kiniar dan Toulour di Tondano Timur; Roong dan Tuutu di Tondano Barat; serta Desa Watumea, Telap, Ranomerut, dan Tandengan di Kecamatan Eris.