MANADO- Anggota DPRD Provinsi Sulawesi Utara, Melisa Gerungan, membagikan pengalaman masa sekolahnya yang penuh makna dalam sebuah unggahan yang menarik perhatian publik pada Kamis (6/2/2025).

Ia menceritakan momen ketika dirinya pernah mendapatkan hukuman dari seorang guru karena kedapatan menggunakan ponsel di kelas.

Dalam unggahannya, Melisa mengakui bahwa saat itu ia merasa marah dan tidak terima atas perlakuan sang guru, hingga berniat pindah sekolah.

Namun, respons tegas dari sang ayah, Hangky Arther Gerungan (HAG), justru mengubah cara pandangnya terhadap kedisiplinan dan pendidikan.

Alih-alih membela, sang ayah memaksanya kembali ke sekolah dan meminta maaf kepada guru tersebut.

“Saya ingat Papa HAG marah dan bilang harus tetap ke sekolah. Saya ngotot tidak mau masuk kelas, tapi tetap dipaksa pakai seragam. Akhirnya, setelah klarifikasi dengan guru, yang terjadi ternyata tidak seperti di video,” tulis Melisa.

Pengalaman ini menjadi pelajaran berharga bagi Melisa tentang pentingnya menghormati guru, menerima konsekuensi atas kesalahan, serta bagaimana pendidikan—baik dari orang tua maupun sekolah—berperan dalam membentuk karakter seseorang.

Melisa menekankan bahwa pengalaman ini mengajarkannya untuk lebih menghargai peran guru sebagai pendidik sekaligus orang tua di sekolah.

Ia juga mengapresiasi ketegasan orang tuanya yang tidak memanjakannya, melainkan mendidiknya untuk bertanggung jawab atas tindakan sendiri.

“Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Sebagaimana kita menghormati orang tua, kita juga harus menghormati guru yang telah membentuk kita menjadi pribadi yang sukses,” tegasnya.

Melalui unggahannya, Melisa ingin menyampaikan pesan bahwa didikan orang tua sangat berpengaruh dalam membentuk mental dan sikap anak.

Sementara itu, didikan guru mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan dunia yang semakin kompetitif.

Sebagai bentuk rasa hormat dan nostalgia, ia juga mengajak sang guru untuk menghubunginya, menunjukkan bahwa pengalaman masa sekolahnya memberikan kesan mendalam dalam perjalanan hidupnya.

Kisah ini menjadi refleksi bagi banyak orang tua dan siswa tentang pentingnya disiplin, rasa hormat, serta sinergi antara keluarga dan sekolah dalam membentuk karakter anak agar siap menghadapi masa depan.

[**/ARP]