JAKARTA|ProNews.id – Putra bungsu Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo (Jokowi), Kaesang Pangarep bersama sang isteri, Erina Gudono berada di antara orang yang menghadiri upacara Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI, Kamis (17/08) di Istana Merdeka, Jakarta.

Menariknya, ternyata -sesuai kode berbusana yang ditentukan- pasangan yang menikah akhir tahun lalu ini, mengenakan baju adat dari Minahasa.

Keduanya kompak berbaju kawasaran dari Minahasa, Sulawesi Utara.

Hal ini diketahui lewat unggahan akun Instagram mereka, Kamis (17/08), Erina dan Kaesang menulis keterangan, “KAWASARAN MINAHASA. Tabea! Sigi Ne Waraney!”

Kawasaran adalah tradisi leluhur Suku Minahasa Sulawesi Utara dan merupakan tarian Ksatria Minahasa yang disebut ‘Waraney.

Disebutkan, mulanya, kawasaran dilakukan untuk menjalankan ritual Mahsasau.

Kawasaran (berasal dari kata) ‘kawak’ yang berarti ‘melindungi’ dan ‘asaran’ yang berarti ‘sama atau berlaku seperti.'”

“Artinya, Kawasaran jadi sama seperti leluhur di masa lalu, menjadi pelindung tanah, pelindung negeri, pelindung kehidupan,” lanjut keduanya.

Bagian dasar baju adalah kayu alam yang diikat kain tenun pampele dan dipadu-padankan bersama kain tenun kaiwu patola.

Ditambahkan, tata busana dan aksesori dibuat (dengan) mengacu pada sustainable fashion dan tidak menggunakan materi hewan asli.

“Kami memakai baju kawasaran sebagai lambang penghormatan kami pada para WARANEY (ksatria) bangsa yang telah berjuang melawan penjajah,”

“Kami nyalakan jiwa muda ksatria WARANEY untuk melanjutkan perjuangan memajukan bangsa,” sambung mereka.

Di unggahan berbeda, Erina dan Kaesang dalam potret pribadi juga menjelaskan tiga simbol utama Kawasaran.

Pertama, gegenang alias ingatan yang disimbolisasikan dengan porong di bagian kepala menggunakan bulu ayam jago dan kepala burung uak.

“Dimaknai sebagai melakukan kebaikan,” catat Erina Gudono dan Kaesang Pangarep terkait busana mereka di peringatan HUT ke-78 RI.

Kedua, pemenden (perasaan) yang disimbolkan dengan “karai” berupa kulit kayu dan kalung, baik kelana (berbahan manik-manik), dari taring babi rusa, atau kalung dari perunggu.

“Maknanya, manusia harus selalu menimbang dengan perasaan, tapi jangan berlebihan,” sambung Erina dan Kaesang.

Terakhir, keketez alias kekuatan yang disimbolkan dengan ikatan-ikatan di tangan, kaki, dan pinggang. “Ikatan yang telah didoakan ke Sang Khalik dan dipercaya bisa memberi kekuatan,” imbuhnya.

“Atribut penting lain yang biasa digunakan adalah ‘santi’ (pedang) sebagai simbol pembuka jalan kehidupan, pemelihara kehidupan dan pelindung kehidupan itu. Tengkorak merupakan simbol pemburu.”

“Dalam tarian ini sering diteriakkan ‘I Yayat U Santi’ yang berarti angkat pedang dan mainkan (acung-acungkan). Maknanya penyemangat menghadapi tantangan kehidupan.”

Sebagai tambahan, keduanya juga menandai, “Costume @rinto_taroreh @angga_arisnanta, Costume Stylist @gimmanuelk, Photographer @theleonardi, Make up @bennusorumba, dan Hairdo @rurypadwa.”

“DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA 78. Terus Melaju untuk Indonesia Maju. MERDEKA !!!” tutup mereka.

[*/Rev]