JAKARTA|ProNews.id – Pertumbuhan Ekonomi (PE) Indonesia selama tujuh kuartal terakhir, sejak akhir 2021, secara konsisten berada di atas 5,0%.

Hal ini disampaikan Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo (Jokowi) dalam Pidato Penyampaian Keterangan Pemerintah atas Rancangan Undang-Undang (RUU) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) dan Nota Keuangannya di depan Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Rabu (16/08) di Gedung Nusantara Senayan, Jakarta.

Mengawali pidatonya, ia mengangkat keberhasilan Indonesia dalam mengatasi pandemi Covid-19. Dalam tiga tahun terakhir, dunia dihadapkan pada guncangan hebat pandemi Covid-19 yang menelan korban 6,9 juta manusia,” ujar Presiden.

Dikatakannya, krisis pandemi menggerus perekonomian global sekitar 2 triliun Dolar AS. Ini, lanjut dia, memaksa seluruh negara menggunakan instrumen kebijakan fiskal, moneter, dan keuangan secara luar
biasa.

“Tidak semua negara berhasil mengatasi krisis ini,” ungkap Jokowi.

Data IMF per Juni 2023, sebutnya, menunjukkan ada 36 negara yang berada dalam tekanan ekonomi akibat beban utang yang meningkat. Alhamdulillah, lanjut dia, Indonesia telah berhasil mengatasi tantangan besar akibat pandemi tersebut dengan hasil yang baik.

“Bahkan, Indonesia menjadi salah satu negara yang berhasil menangani krisis kesehatan dengan cepat
dan baik,” beber Kepala Negara.

Ditambahkannya, Indonesia merupakan salah satu dari sedikit negara dengan pemulihan ekonomi yang cepat, konsisten, dan inklusif. “Pertumbuhan ekonomi selama tujuh kuartal terakhir, sejak akhir 2021, secara konsisten berada di atas 5,0%,” tandas dia.

Presiden juga menyebut, tingkat pengangguran berhasil diturunkan dari 6,26% pada Februari 2021 menjadi 5,45% pada Februari 2023. Sementara, menurutnya, tingkat kemiskinan juga terus menurun menjadi 9,36% pada Maret 2023, dari puncaknya di masa pandemi 10,19% pada September 2021.

“Begitu juga dengan kemiskinan ekstrem yang turun dari 2,04% pada Maret 2022 menjadi 1,12% pada
Maret 2023,” imbuh dia.

Pemulihan ekonomi yang cepat dan kuat, kata Jokowi, telah membawa Indonesia naik kelas, masuk kembali ke dalam kelompok negara berpendapatan menengah atas (UpperMiddle Income Countries) di tahun 2022.

Menurutnya, pemulihan ekonomi Indonesia terus berlanjut. “Semester-1 2023, ekonomi nasional tumbuh 5,1%. Inflasi Indonesia juga semakin terkendali dan mencapai 3,1% sampai dengan Juli 2023,” tutur dia.

Kepala Negara menambahkan, kebijakan fiskal Indonesia termasuk salah satu yang paling efektif dalam menangani pandemi dan menjaga pertumbuhan ekonomi. “Defisit fiskal Indonesia, lanjutnya, sudah kembali di bawah 3% PDB, satu tahun lebih cepat dari rencana awal,” ujar dia.

Presiden membandingkan dengan negara lain, yang sebagian besar, defisit fiskal masih sangat lebar, seperti di India yang mencapai 9,6% PDB per tahun 2022, Jepang 7,8%, Tiongkok 7,5%, Amerika Serikat 5,5%, dan Malaysia 5,3%.

Dikatakannya juga, rasio utang Indonesia juga salah satu yang paling rendah di antara kelompok negara G20 dan ASEAN, bahkan sudah menurun dari 40,7% PDB di tahun 2021 menjadi 37,8% di Juli 2023.

“Sebagai perbandingan, rasio utang Malaysia saat ini di tingkat 66,3% PDB, Tiongkok 77,1%, dan India 83,1%,” sebut dia.

(*/Rev)