MANADO, PRONews5.com — Dugaan pelecehan seksual terhadap mahasiswa Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) berinisial AL di Desa Durian, Kecamatan Sinonsayang, Minahasa Selatan (Minsel) memicu perhatian serius Anggota Komisi III DPR RI Fraksi Gerindra, Martin Daniel Tumbelaka (MDT).
Legislator asal Sulawesi Utara ini menegaskan akan mengawal kasus yang menyeret oknum ustaz sekaligus ASN Pemkab Minsel berinisial HP hingga tuntas di meja hukum.
Martin mengatakan telah menurunkan tim khusus untuk mendampingi korban dan mengawasi proses penyelidikan di Polres Minsel agar berjalan transparan.
Ia memastikan pengecekan langsung ke kepolisian telah dilakukan dan pendampingan korban terus berlanjut hingga perkara diusut tuntas.
Kasus ini mencuat setelah AL, satu-satunya mahasiswa laki-laki dari tujuh peserta Praktek Belajar Lapangan (PBL) Fakultas Kesehatan Masyarakat Unsrat di Desa Durian, melaporkan kejadian yang dialaminya pada 16 Juli 2025.
Laporan resmi dibuat pada 21 Juli 2025 dengan nomor LP/B/103/ VII/2025 /SPKT/ POLRES MINAHASA SELATAN/POLDA SULUT.
Berdasarkan laporan korban, peristiwa terjadi sekitar pukul 23.30 WITA di rumah kosong milik HP, tempat korban menumpang selama PBL.
Saat korban sedang mengikuti rapat daring, pelaku masuk ke kamar dengan dalih menawarkan pijatan. Lampu dimatikan, dan HP diduga memijat area sensitif korban.
Sekitar pukul 01.30 WITA, pelaku kembali melakukan tindakan tidak senonoh selama kurang lebih 15 menit.
Korban mengaku sempat diberi minuman yang membuatnya linglung dan mengantuk, serta mendapati pintu rumah telah dikunci.
Kasat Reskrim Polres Minsel IPTU Gede Indra membenarkan perkara ini sudah masuk tahap penyelidikan.
Ia menjelaskan semua saksi telah dimintai keterangan, namun tersangka belum ditahan karena menunggu hasil pemeriksaan ahli psikolog, mengingat korban adalah laki-laki.
Pemeriksaan psikolog dijadwalkan sebanyak tiga kali untuk memperkuat bukti.
HP diketahui menjabat guru agama di SD Inpres Desa Durian, Sekretaris BPD, sekaligus ustaz setempat.
Statusnya sebagai tokoh agama membuat warga terkejut dan prihatin.
Keluarga korban mendesak Kapolda Sulut mengambil alih penyelidikan demi memastikan objektivitas. Mereka khawatir kasus ini akan mandek di Polres Minsel tanpa pengawasan langsung dari Polda.
[**/ARP]