SERANG, PRONews5.com – Sosok Margono Djojohadikusumo, pendiri Bank Negara Indonesia (BNI 46) dan arsitek sistem keuangan awal Republik Indonesia, menjadi sorotan dalam bedah buku bertajuk “Margono Djojohadikusumo: Pejuang Ekonomi dan Pendiri BNI 46” yang digelar di Hotel Aston Serang, Kota Serang, Jumat (18/7/2025).
Acara ini merupakan rangkaian peringatan HUT ke-2 Forum Pimpinan Redaksi Multimedia Indonesia (FPMRI).
Buku yang ditulis oleh wartawan senior Harian Kompas, Jimmy S. Harianto, bersama tim, mengangkat kisah perjalanan Margono dari pegawai Volkscredietwezen—lembaga kredit kolonial—hingga menjadi tokoh sentral pembentuk sistem keuangan nasional pasca-kemerdekaan.
Margono dikenal luas sebagai pendiri BNI 46 pada 5 Juli 1946—bank milik Republik pertama yang didirikan sebelum Bank Indonesia terbentuk pada 1953.
Dalam masa transisi kemerdekaan, BNI 46 sempat berfungsi sebagai bank sentral de facto, menggantikan peran De Javasche Bank peninggalan kolonial. Selain itu, ia juga menjabat sebagai Ketua pertama Dewan Pertimbangan Agung (DPA) RI.
“Margono adalah pejuang ekonomi yang membangun fondasi keuangan negara dalam sunyi.
Ia bukan hanya pendiri BNI 46, tetapi juga penggagas sistem keuangan yang berpihak pada rakyat,” ujar Jimmy dalam diskusi.
Menariknya, Margono juga merupakan ayah dari ekonom legendaris Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo dan kakek dari Presiden RI saat ini, Prabowo Subianto.
Ketua Umum FPMRI Wilson Bernadus Lumi dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas terbitnya buku tersebut. Ia menilai, dokumentasi ini bukan sekadar pengingat sejarah, melainkan warisan penting perjuangan ekonomi bangsa.
“Apa yang dilakukan Margono adalah perjuangan senyap tapi berdampak besar. Buku ini menjadi sumbangan nyata dari dunia pers untuk sejarah ekonomi Republik,” kata Lumi.
Para penyusun buku lainnya—H.M.U. Kurniadi, Iqbal Irsyad, dan M. Asrian Mirza—juga dikenal sebagai tokoh pers, advokat, budayawan, dan penggerak literasi sejarah.
Ketiganya aktif memperjuangkan integritas jurnalisme serta pembangunan ekonomi berkelanjutan melalui pendekatan budaya dan hukum.
Acara bedah buku ini dihadiri oleh sejumlah tokoh nasional, akademisi, pegiat literasi, dan insan pers dari berbagai daerah yang tergabung dalam FPMRI.
Buku ini diharapkan dapat memperkaya pemahaman generasi muda tentang pentingnya kedaulatan ekonomi dan peran krusial tokoh-tokoh di balik layar kemerdekaan finansial Indonesia.
[**/ARP]