JAKARTA, PRONews5.com — Bank Dunia memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun 2025 menjadi 2,3%, turun dari estimasi sebelumnya sebesar 2,7%. Dalam laporan Global Economic Prospects edisi Juni 2025, lembaga keuangan internasional itu memperingatkan bahwa ketegangan perdagangan dan ketidakpastian kebijakan fiskal menjadi faktor utama yang menekan laju pertumbuhan, termasuk di Indonesia.
Dilansir dari CNBC Indonesia, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai 4,7% pada 2025, lebih rendah dari perkiraan awal sebesar 5,1%.
Nilai tukar rupiah yang sempat menyentuh Rp16.860 per dolar AS pada April lalu juga memperlihatkan meningkatnya tekanan eksternal terhadap ekonomi nasional.
Dalam siaran pers Rabu (11/6/2025), Bank Dunia menyebut bahwa sekitar 70% negara di dunia mengalami revisi turun proyeksi pertumbuhan akibat memburuknya kondisi global.
Indonesia termasuk yang terdampak, terutama karena kombinasi faktor eksternal seperti perang dagang, gejolak geopolitik, dan ketidakpastian kebijakan dalam negeri.
“Mata uang Indonesia jatuh ke nilai terendah yang pernah tercatat pada awal April, akibat ketidakpastian kebijakan domestik dan tekanan global,” tulis Bank Dunia dalam laporannya.
Selain pelemahan rupiah, laporan tersebut juga menyoroti tekanan fiskal dan melambatnya ekspor Indonesia akibat perang tarif antara negara besar.
Sebagai respons, pemerintah Indonesia telah menggulirkan sejumlah stimulus untuk mendorong pertumbuhan.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengungkapkan bahwa pemerintah menyiapkan lima paket stimulus senilai Rp24,44 triliun, termasuk subsidi transportasi, bantuan sosial, dan insentif pajak untuk mendongkrak konsumsi selama libur pertengahan tahun.
“Kami ingin menjaga daya beli masyarakat dan menggerakkan ekonomi domestik melalui program-program insentif yang sudah disiapkan lewat APBN,” kata Airlangga, dikutip dari CNBC Indonesia.
Bank Dunia memperingatkan bahwa kinerja ekspor Indonesia tahun ini berisiko menurun menyusul ketegangan perdagangan global dan melambatnya permintaan dari mitra dagang utama seperti Tiongkok dan Amerika Serikat.
Meskipun terjadi lonjakan ekspor di awal tahun melalui strategi front-loading, tekanan tarif tetap membayangi.
Penurunan ekspor pada Maret 2025, bersamaan dengan depresiasi rupiah, mencerminkan tekanan simultan dari faktor domestik dan eksternal.
Di sisi moneter, Bank Dunia mencatat bahwa Bank Indonesia telah memangkas suku bunga acuan dua kali tahun ini, dari 6% menjadi 5,5%, guna mendukung konsumsi dan investasi.
Langkah ini dianggap masih aman, mengingat inflasi tetap terkendali di bawah target 2% dan harga komoditas global relatif stabil.
Namun demikian, risiko arus keluar modal asing dan tekanan terhadap nilai tukar rupiah tetap menjadi perhatian utama.
Meski berbagai stimulus telah disiapkan, tantangan ekonomi Indonesia di tahun 2025 tidak ringan.
Bank Dunia menekankan pentingnya stabilitas kebijakan fiskal dan moneter, serta koordinasi lintas sektor untuk menjaga daya tahan ekonomi nasional di tengah ketidakpastian global.
[**/IND]