TOMOHON, PRONews5.com– Komitmen SD GMIM VIII Tomohon dalam memerangi praktik bullying di lingkungan sekolah menuai apresiasi dari kalangan akademisi dan orang tua.
Sekolah ini dinilai sukses membangun budaya ramah anak yang aman, inklusif, dan mendukung kesehatan mental siswa.
Akademisi Sulawesi Utara sekaligus wartawan senior asal Tomohon, Rikson Karundeng, menyampaikan pujiannya terhadap pendekatan yang dilakukan pihak sekolah dalam mencegah dan menangani bullying.
Ia menilai bullying merupakan ancaman serius yang harus ditangani secara sistematis.
“Bullying adalah bentuk agresi yang tidak boleh dianggap remeh. Semua pihak, baik guru, orang tua, maupun siswa, harus bersinergi untuk mencegahnya,” ujar Karundeng, Senin (19/5/2025).
Karundeng juga mengapresiasi Kepala Sekolah SD GMIM VIII Tomohon, Lepina Runtulalo, S.Pd., atas kepemimpinannya yang peduli terhadap perlindungan anak di sekolah.
Ia menilai pendekatan yang dilakukan bukan hanya bersifat akademis, tapi juga menyentuh aspek karakter dan kesadaran sosial siswa.
Menurut Runtulalo, upaya pencegahan bullying dilakukan melalui berbagai program, antara lain edukasi rutin, pelatihan keterampilan sosial, pemberdayaan peer group (teman sebaya), hingga layanan konseling khusus bagi siswa yang membutuhkan.
“Kami membekali anak-anak untuk menyelesaikan konflik tanpa kekerasan, membangun empati, dan berkomunikasi dengan baik. Ini bagian dari misi menciptakan sekolah yang aman dan nyaman,” jelasnya.
Selain pendekatan kepada siswa, sekolah juga menggandeng orang tua dalam upaya preventif.
Orang tua didorong untuk lebih terbuka dan aktif terlibat dalam mendampingi perkembangan psikologis dan sosial anak-anak mereka.
Langkah sistematis lain yang dilakukan SD GMIM VIII Tomohon antara lain adalah penyusunan laporan tahunan evaluasi anti-bullying, pelatihan keterampilan emosional siswa, hingga survei sosial berkala untuk memantau kondisi psikologis anak.
Dampak dari seluruh program ini mulai terlihat. Lingkungan sekolah menjadi lebih kondusif, kasus bullying menurun drastis, dan siswa merasa lebih aman dalam proses belajar mengajar.
“Sekolah bukan hanya tempat belajar, tetapi juga tempat anak-anak tumbuh secara utuh. Kami ingin semua anak merasa dihargai dan dilindungi di sini,” pungkas Kepsek Runtulalo.
Ia berharap semangat ini bisa menjadi contoh dan diterapkan pula di seluruh sekolah di Kota Tomohon dan bahkan Sulawesi Utara secara luas.
[*/ARP]