JAMBI, PRONews5.com – Setelah tiga hari upaya pencarian intensif, tim SAR gabungan akhirnya menemukan jenazah seorang nelayan bernama Khoirudin (35) dalam kondisi meninggal dunia di perairan Kuala Tungkal, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi, pada Kamis (24/4). Khoirudin sebelumnya dilaporkan hilang setelah kapal pompong yang ditumpanginya mengalami tabrakan dengan kapal trol saat ia tengah melaut pada Selasa (22/4) dini hari.

Kepala Pos TNI Angkatan Laut (Posal) Kuala Tungkal, yang memimpin operasi di lapangan, menyampaikan bahwa jenazah Khoirudin ditemukan mengambang di perairan Parit 9 Pangkal Babu, tidak jauh dari lokasi awal kejadian. Penemuan ini mengakhiri pencarian selama tiga hari yang dilakukan dalam kondisi cuaca yang cukup menantang.

“Korban ditemukan sekitar pukul 09.15 WIB oleh tim gabungan dalam radius beberapa mil laut dari lokasi tabrakan. Saat ditemukan, korban sudah dalam keadaan tidak bernyawa dan segera dievakuasi ke daratan,” ujar seorang perwakilan dari tim SAR gabungan.

Setelah ditemukan, jenazah korban langsung dievakuasi menggunakan ambulans milik Palang Merah Indonesia (PMI) menuju Pelabuhan Water Front City (WFC) Kuala Tungkal. Dari sana, jenazah diserahkan kepada pihak keluarga untuk proses pemakaman.

Operasi pencarian dan evakuasi melibatkan sejumlah unsur gabungan yang terdiri dari Posal Kuala Tungkal Lanal Palembang, Polairud Polres Tanjung Jabung Barat, Basarnas Jambi, PMI, serta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Seluruh pihak bekerja sama secara intensif sejak hari pertama hilangnya korban, dengan menyisir area perairan menggunakan perahu karet, kapal patroli, serta alat pendeteksi bawah air.

Kejadian ini bermula saat kapal pompong yang digunakan Khoirudin diduga ditabrak oleh kapal trol berukuran besar ketika sedang mencari ikan di wilayah perairan Kuala Tungkal. Benturan keras membuat korban terlempar ke laut dan tidak sempat menyelamatkan diri. Satu-satunya saksi mata yang berada di lokasi kejadian sempat melaporkan insiden tersebut kepada otoritas setempat, yang kemudian memicu dimulainya operasi pencarian.

Hingga saat ini, pihak berwenang masih melakukan pendalaman terhadap penyebab kecelakaan dan identitas kapal trol yang terlibat. Dugaan sementara menyebutkan bahwa insiden tersebut terjadi akibat kelalaian dalam pengawasan navigasi, namun hasil penyelidikan lebih lanjut masih menunggu pernyataan resmi dari pihak kepolisian dan instansi terkait.

Peristiwa tragis ini menambah daftar kecelakaan laut yang menimpa nelayan tradisional, yang umumnya bekerja tanpa perlindungan maksimal. Pemerintah daerah diimbau untuk meningkatkan pengawasan terhadap aktivitas kapal-kapal besar di wilayah perairan padat nelayan serta memperketat aturan keselamatan bagi semua pihak yang beroperasi di laut.

[**/IND]