Oleh Adv. Sofyan Jimmy Yosadi, SH

PRONEWS- Jelang perayaan Tahun Baru Imlek, umat Khonghucu di berbagai penjuru dunia sibuk mempersiapkan diri. Pembersihan rumah, pekarangan, hingga altar persembahyangan menjadi bagian penting dalam menyongsong momen sakral ini.

Tak hanya itu, klenteng (廟 Miào) dan ruang kebaktian (禮堂 Lǐ Táng) juga dihias dan dicat kembali. Tradisi ini adalah bentuk penghormatan terhadap leluhur dan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa.

Hari ini, Minggu (19/01/25), saya meluangkan waktu untuk membersihkan altar persembahyangan Kān (龕) dan Shénzhǔ kān (神主龕), yakni altar persembahyangan kepada leluhur, orang tua, dan guru-guru spiritual.

Di momen ini, Jīnshēn (金身)—arca atau patung yang digunakan sebagai sarana visual persembahyangan—dibersihkan.

Bagi umat Khonghucu, tindakan ini bukanlah penyembahan terhadap patung atau berhala, melainkan penghormatan dan simbolisasi spiritual untuk menghayati kehadiran Yang Maha Kuasa.

Ritual ini selaras dengan ajaran Nabi Kǒngzǐ (孔子) yang menekankan kehadiran hati dalam setiap persembahyangan.

Dalam Lún Yǔ (論語) Jilid III:12, beliau bersabda: “Pada waktu bersembahyang kepada leluhur, hayatilah akan kehadirannya, dan pada waktu sembahyang kepada Tuhan Yang Maha Rokh, hayati pula kehadiran-Nya.”

Lebih jauh, dalam Lĭjì (禮記) disebutkan bahwa penghormatan kepada orang yang telah meninggal harus dilakukan dengan penuh kesadaran dan kesusilaan.

Hal ini tercermin dalam tradisi penggunaan simbol-simbol seperti kertas emas (金紙 Jīn zhǐ), yang dibakar sebagai lambang doa dan harapan agar terkabul.

Kegiatan seperti membakar kertas emas menjadi momen kebersamaan keluarga.

Kertas-kertas emas yang telah digunakan sepanjang tahun diganti dengan yang baru, melambangkan pembaruan harapan.

Ritual ini sering berlangsung hingga malam hari, menciptakan suasana syahdu yang mempererat hubungan antaranggota keluarga.

Sesudah altar dibersihkan, umat Khonghucu bersiap melaksanakan berbagai ritual hingga puncak perayaan pada hari ke-15, yaitu sembahyang besar Shàngyuán (上元) atau Yuánxiāo (元宵), yang dikenal dengan Capgomeh.

Semua ini merupakan wujud dari kesetiaan terhadap tradisi dan penghayatan nilai-nilai luhur agama Khonghucu.

Sebagai bagian dari keseharian, saya juga menyempatkan diri membaca kitab suci, menulis artikel, dan berbagi pemikiran melalui media sosial.

Aktivitas ini tidak hanya menjadi sarana refleksi, tetapi juga media untuk saling belajar dan menginspirasi sesama.

Semoga perayaan Tahun Baru Imlek ini menjadi momen untuk memperkuat rasa syukur, semangat, dan kesetiaan pada ajaran luhur.

Mari kita sambut tahun baru dengan penuh cinta, kebijaksanaan, dan harapan baru.

上帝临汝 Shàngdì lín rǔ
Tuhan Yang Maha Tinggi besertamu

Advokat Officium Nobile
Sofyan Jimmy Yosadi 楊传贤 Yáng Chuán Xián
Tionghoa Minahasa yang mencintai Indonesia hingga akhir hayat
Wale Papendangan Library, 19 Januari 2025.